Kamis, Maret 28, 2024

Artikel Populer

Berita Terkait

Berita Lainnya

Artikel Terkini

Goenawan Mohamad Buta Huruf Kebudayaan

Pembangunan yang sejak zaman Orde Baru direduksi sebatas kemajuan ekonomi telah lama memprihatinkan kaum cendekiawan, tak terkecuali wartawan dan penyair Goenawan Mohamad. Dalam jumpa pers rencana penyelenggaraan pameran karya lukis “Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern Indonesia” di Jakarta akhir Mei 2012, ia kembali mengemukakan kegundahan itu.

Goenawan Mohamad
Goenawan Mohamad

Ia mengaku sangat prihatin melihat rendahnya pemahaman orang Indonesia terhadap budaya, termasuk terhadap karya Raden Saleh. “Raden Saleh seperti berkembang menjadi sebuah dongeng, dan kita lupa akan karya-karyanya yang luar biasa. Semoga acara ini menyadarkan pemerintah yang buta huruf terhadap seni (mengenai pentingnya seni dan kebudayaan),” kata penulis Catatan Pinggir itu mengenai pameran yang diadakan di Galeri Nasional Jakarta, 3 – 17 Juni 2012 itu.

Menurut pria kelahiran Batang, 29 Juli 1941, yang didapuk menjadi penasihat pameran tersebut, pendidikan di Indonesia sejak SD sampai SMA tidak pernah memperkenalkan budaya dan seni secara utuh. Hasilnya, sastra mereka tidak kenal, mendengarkan musik hanya musiknya saja, seni rupa hampir tidak diketahui sama sekali. “Ada jurang yang dalam di bidang (pembangunan) kebudayaan. Kita mengganggap kebudayaan hanya untuk menarik orang sebagai bagian dari turisme,” ujar mantan pemimpin redaksi majalah Tempo yang akrab dipanggil GM itu. “Contoh lain betapa kita cuek dengan masalah kebudayaan, ialah minimnya perhatian terhadap museum. Museum kita tidak pernah dipromosikan, apalagi dirawat,” lanjutnya.

 
Sumber: Majalah HousingEstate

Dapatkan Majalah HousingEstate di toko buku atau agen terdekat. (Lihat: Daftar Retailer)
atau
Unduh versi digitalnya WayangForce, Scoop & Scanie.

Pembangunan yang sejak zaman Orde Baru direduksi sebatas kemajuan ekonomi telah lama memprihatinkan kaum cendekiawan, tak terkecuali wartawan dan penyair Goenawan Mohamad. Dalam jumpa pers rencana penyelenggaraan pameran karya lukis “Raden Saleh dan Awal Seni Lukis Modern Indonesia” di Jakarta akhir Mei 2012, ia kembali mengemukakan kegundahan itu.

Goenawan Mohamad
Goenawan Mohamad

Ia mengaku sangat prihatin melihat rendahnya pemahaman orang Indonesia terhadap budaya, termasuk terhadap karya Raden Saleh. “Raden Saleh seperti berkembang menjadi sebuah dongeng, dan kita lupa akan karya-karyanya yang luar biasa. Semoga acara ini menyadarkan pemerintah yang buta huruf terhadap seni (mengenai pentingnya seni dan kebudayaan),” kata penulis Catatan Pinggir itu mengenai pameran yang diadakan di Galeri Nasional Jakarta, 3 – 17 Juni 2012 itu.

Menurut pria kelahiran Batang, 29 Juli 1941, yang didapuk menjadi penasihat pameran tersebut, pendidikan di Indonesia sejak SD sampai SMA tidak pernah memperkenalkan budaya dan seni secara utuh. Hasilnya, sastra mereka tidak kenal, mendengarkan musik hanya musiknya saja, seni rupa hampir tidak diketahui sama sekali. “Ada jurang yang dalam di bidang (pembangunan) kebudayaan. Kita mengganggap kebudayaan hanya untuk menarik orang sebagai bagian dari turisme,” ujar mantan pemimpin redaksi majalah Tempo yang akrab dipanggil GM itu. “Contoh lain betapa kita cuek dengan masalah kebudayaan, ialah minimnya perhatian terhadap museum. Museum kita tidak pernah dipromosikan, apalagi dirawat,” lanjutnya.

 
Sumber: Majalah HousingEstate

Dapatkan Majalah HousingEstate di toko buku atau agen terdekat. (Lihat: Daftar Retailer)
atau
Unduh versi digitalnya WayangForce, Scoop & Scanie.

Rekomendasi untuk Anda

Rekomendasi untuk Anda