Kamis, Maret 28, 2024

Artikel Populer

Berita Terkait

Berita Lainnya

Artikel Terkini

Paviliun Indonesia di 2018 Dapat Penghargaan di Pameran Arsitektur Venice

Perhelatan internasional bertajuk 2018 Venice Architecture Biennale (VAB) baru sebulan dibuka dan masih akan berlangsung hingga November mendatang. Jadi, bagi yang mau liburan ke Venesia dan Italia masih bisa mengunjunginya.

Sebaiknya memang disempatkan, sebab ini kali kedua Indonesia ikut serta dalam ajang berkelas itu. Yang pertama tahun 2014, lalu absen pada VAB 2016, dan tahun ini arsitek Indonesia kembali ikut. Tahun ini paviliun Indonesia yang bertema “Sunyata: The Poetics of Emptiness”, masuk dalam 10 paviliun wajib kunjung dalam pameran oleh majalah arsitektur Metropolis.

Selain Indonesia, ada 62 negara lain yang ikut berpartisipasi dan mengisi ruang-ruang yang tersebar di Giardini, Arsenale dan pusat kota Venesia. Ada enam negara yang baru kali ini berpartisipasi. Yakni Antigua & Barbuda, Saudi Arabia, Guatemala, Lebanon, Pakistan, dan Vatikan.

Paviliun Indonesia ada di Arsenale. Tim kuratornya Dimas Satria, David Hutama, Jonatha Aditya, Ardy Hartono dan Johanes Adika, dengan ketua Ary Indrajanto. Paviliun Indonesia diisi dengan bentangan kertas besar yang menggantung dari sebuah rangka melintas ruang. Pengunjung dapat melintas di antara atau menelusuri pola kurva yang terbentuk dari bentangan kertas yang tak kaku ini. Sesuai tema yang diangkat, bentangan kertas ini sebagai gambaran untuk mengembalikan arsitektur ke dasarnya, yakni tentang mengelola ruang dengan manusia sebagai subyeknya. Untuk itu yang dibutuhkan hanyalah selembar kertas.

Paviliun Indonesia (Foto: VAB)
Paviliun Indonesia (Foto: VAB)

Selain mewakili negara, pameran ini juga diisi para arsitek terpilih yang mengisi ruang khusus. Andra Matin, arsitek Indonesia, adalah salah satunya yang juga meraih penghargaan “Special Mention”. Ditambah 12 pameran dan acara pendukung lain yang makin menyemarakkan ajang arsitektur bergengsi ini.

Masing-masing paviliun negara tentunya menampilkan instalasi dengan keunikannya masing. Selain Metropolis, majalah khusus arsitektur Dezeen dan Archdaily pun mengangkat paviliun-paviliun yang wajib dikunjungi. Ada dua negara yang disebut oleh media-media tersebut, yakni Belanda dan Argentina.

Paviliun Belanda (Foto: Dezeen)
Paviliun Belanda (Foto: Dezeen)

Jingga, warna khas Belanda, melapisi semua panel di paviliun Belanda yang mengambil ruang Giardini. Paviliun ini mengangkat tema hubungan yang kompleks antara bekerja, bersantai dan skala tubuh. Panel-panel tadi menyembunyikan jendela dan pintu yang jika dibuka akan menampilkan gambar dan film tentang kehidupan di Belanda; mulai dari suasana pelabuhan yang berjalan secara otomatis di Rotterdam, sampai suasana kamar yang pernah ditampilkan duo legendaris: John Lennon (Beatles) dan Yoko Ono di Amsterdam Hotel tahun 1969.

Paviliun Argentina (Foto: Archdaily)
Paviliun Argentina (Foto: Archdaily)

Sementara paviliun Argentina yang ada di Arsenale mengangkat tema vertigo horizontal. Bercerita tentang dialog lintas sektoral antara ruang geografis, tempat dan arsitektur, hubungan horizontal antara konsep ruang dinamis dan sosial. Sebidang cermin besar dipasang seakan melintas taman pampas (rumput khas negeri Amerika Latin), memperlihatkan seakan lansekap yang terperangkap dalam kubus misterius.

Sumber: Dezeen, Metropolismag,  Archdaily & Labiennale.org

Perhelatan internasional bertajuk 2018 Venice Architecture Biennale (VAB) baru sebulan dibuka dan masih akan berlangsung hingga November mendatang. Jadi, bagi yang mau liburan ke Venesia dan Italia masih bisa mengunjunginya.

Sebaiknya memang disempatkan, sebab ini kali kedua Indonesia ikut serta dalam ajang berkelas itu. Yang pertama tahun 2014, lalu absen pada VAB 2016, dan tahun ini arsitek Indonesia kembali ikut. Tahun ini paviliun Indonesia yang bertema “Sunyata: The Poetics of Emptiness”, masuk dalam 10 paviliun wajib kunjung dalam pameran oleh majalah arsitektur Metropolis.

Selain Indonesia, ada 62 negara lain yang ikut berpartisipasi dan mengisi ruang-ruang yang tersebar di Giardini, Arsenale dan pusat kota Venesia. Ada enam negara yang baru kali ini berpartisipasi. Yakni Antigua & Barbuda, Saudi Arabia, Guatemala, Lebanon, Pakistan, dan Vatikan.

Paviliun Indonesia ada di Arsenale. Tim kuratornya Dimas Satria, David Hutama, Jonatha Aditya, Ardy Hartono dan Johanes Adika, dengan ketua Ary Indrajanto. Paviliun Indonesia diisi dengan bentangan kertas besar yang menggantung dari sebuah rangka melintas ruang. Pengunjung dapat melintas di antara atau menelusuri pola kurva yang terbentuk dari bentangan kertas yang tak kaku ini. Sesuai tema yang diangkat, bentangan kertas ini sebagai gambaran untuk mengembalikan arsitektur ke dasarnya, yakni tentang mengelola ruang dengan manusia sebagai subyeknya. Untuk itu yang dibutuhkan hanyalah selembar kertas.

Paviliun Indonesia (Foto: VAB)
Paviliun Indonesia (Foto: VAB)

Selain mewakili negara, pameran ini juga diisi para arsitek terpilih yang mengisi ruang khusus. Andra Matin, arsitek Indonesia, adalah salah satunya yang juga meraih penghargaan “Special Mention”. Ditambah 12 pameran dan acara pendukung lain yang makin menyemarakkan ajang arsitektur bergengsi ini.

Masing-masing paviliun negara tentunya menampilkan instalasi dengan keunikannya masing. Selain Metropolis, majalah khusus arsitektur Dezeen dan Archdaily pun mengangkat paviliun-paviliun yang wajib dikunjungi. Ada dua negara yang disebut oleh media-media tersebut, yakni Belanda dan Argentina.

Paviliun Belanda (Foto: Dezeen)
Paviliun Belanda (Foto: Dezeen)

Jingga, warna khas Belanda, melapisi semua panel di paviliun Belanda yang mengambil ruang Giardini. Paviliun ini mengangkat tema hubungan yang kompleks antara bekerja, bersantai dan skala tubuh. Panel-panel tadi menyembunyikan jendela dan pintu yang jika dibuka akan menampilkan gambar dan film tentang kehidupan di Belanda; mulai dari suasana pelabuhan yang berjalan secara otomatis di Rotterdam, sampai suasana kamar yang pernah ditampilkan duo legendaris: John Lennon (Beatles) dan Yoko Ono di Amsterdam Hotel tahun 1969.

Paviliun Argentina (Foto: Archdaily)
Paviliun Argentina (Foto: Archdaily)

Sementara paviliun Argentina yang ada di Arsenale mengangkat tema vertigo horizontal. Bercerita tentang dialog lintas sektoral antara ruang geografis, tempat dan arsitektur, hubungan horizontal antara konsep ruang dinamis dan sosial. Sebidang cermin besar dipasang seakan melintas taman pampas (rumput khas negeri Amerika Latin), memperlihatkan seakan lansekap yang terperangkap dalam kubus misterius.

Sumber: Dezeen, Metropolismag,  Archdaily & Labiennale.org

Rekomendasi untuk Anda

Rekomendasi untuk Anda