Kamis, Maret 28, 2024

Artikel Populer

Berita Terkait

Berita Lainnya

Artikel Terkini

Balok Bambu yang Sekuat Baja Seringan Kayu

Pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan alternatif pengganti kayu nyaris tak berkembang di Indonesia. Pengolahan dan pemakaiannya masih terbatas untuk pembangunan rumah-rumah tradisional dan pembuatan produk kerajinan rumah tangga. Padahal, potensi pemanfaatan bambu dalam industri bahan bangunan sangat besar.

Potensi itu yang ingin dikembangkan Syamsurizal Munaf melalui produksi bambu press dan aplikasinya berlabel Bambulogy. Di bawah bendera PT Indonesia Hijau Dwidaya (IHD) ia memproduksi balok-balok bambu yang siap digunakan untuk struktur bangunan hingga pembuatan furnitur dan aksesorisnya.

“Kita nggak menciptakan sesuatu yang baru, hanya belajar dan meniru dari apa yang sudah ada di negeri asalnya China,” katanya saat ditemui housing-estate.com di rumah sekaligus kantornya yang asri di kawasan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Banten), beberapa waktu lalu.

Ia mengaku berguru langsung ke negeri tirai bambu itu untuk mempelajari pengolahan bambu secara modern. Dari sebuah workshop kecil di dekat rumahnya, kini Syamsurizal mengembangkan pabrik bambu di Sukabumi, Jawa Barat. Ia menerjunkan anak tertuanya Karim Munaf yang sedang mengambil kuliah teknologi perkayuan di Kanada untuk mengelola pabrik itu.

“Kita mengambil bahan baku dari petani di sekitar pabrik karena bambu itu hama buat mereka, bahkan jadi sampah. Sekarang petani menyetor bambu ke pabrik kita buat penghasilan tambahan mereka,” kata mantan Direktur Utama PT Elnusa Tbk itu. Sampai kini IHD telah merekrut 14 petani sebagai pemasok.

Bangunan empat lantai Bambulogy Mansion
Bangunan empat lantai Bambulogy Mansion

Lebih kuat dari kayu ulin

Produk jadi yang dihasilkan Bambulogy berupa balok bambu berdimensi 10 x 10 cm dengan panjang maksimal 2,44 m. Satu balok bambu menghabiskan sekitar 22 batang bambu utuh dengan syarat panjang 2,5 m, diameter 9-12 cm, dan ketebalan 8 mm. Pabrik hanya menerima batang bambu yang telah berusia tiga tahun.

Proses pengolahan dimulai dari pengambilan daging bambu, lalu ditekan (press) untuk menghasilkan serat-serat panjang, kemudian di-carbonizing untuk menghilangkan kadar gulanya agar bambu tahan rayap. Selanjutnya daging bambu direkatkan dengan bahan perekat, di-press lagi dan dicetak menjadi balok.

“Balok bambu 1,8 kali lebih kuat dari kayu ulin. Jadi bantalan rel kereta juga bisa,” ujar pria yang mengantongi gelar insinyur sipil dari ITB Bandung, Jawa Barat, itu. Kapasitas produksi pabrik Bambulogy saat ini sekitar 60 meter kubik (m3) dengan waktu produksi 21 hari dari pengolahan bahan baku hingga menjadi balok bambu. Proses produksi dijalankan dengan mesin-mesin press yang biasa digunakan pada industri otomotif.

“Produksi balok bambu sangat berbeda dengan industri pengolahan kayu. Orang dari (pabrik) kayu justru tidak bisa masuk ke sini,” kata Rizal, begitu ia kerap disapa.

Struktur tahan gempa

Ia telah menguji kekuatan bambu olahannya menjadi struktur bangunan tempat tinggal. Ia ingin mengembangkan modern wood building new concept di Indonesia dengan balok bambu pabrikannya. Proyek rintisannya berupa properti rumah kos dua lantai Bambulogy Mansion berisi 32 kamar tidur di Jalan Cendrawasih, Ciputat, Tangerang Selatan. Di versi pertama itu balok-balok bambu dijadikan pengisi struktur dinding dan lantai dengan ketebalan sesuai kebutuhan. Struktur tulangan utama masih menggunakan baja.

Di lokasi yang sama kini Rizal mengembangkan versi ketiga rumah kos empat lantai berisi 52 kamar, menggunakan 98 m3 balok bambu. Seluruh konstruksinya menggunakan bambu pabrikan mulai dari struktur bangunan utama, dek lantai, tangga, kusen pintu dan jendela, pintu, pagar koridor hingga struktur atap yang ditopang dengan konstruksi baja ringan. Pertemuan-pertemuan bambu diperkuat dengan joint baja yang diproduksi khusus oleh Bambulogy.

“Kalau saya hanya bilang produk bambu ini kuat, siapa yang mau percaya? Karena itu diperlukan bukti fisik bangunan. Ternyata banyak yang tertarik. Ini termasuk rumah kayu (bambu) tertinggi di Indonesia,” kata Rizal.

Biaya pembangunan rumah empat lantai itu mencapai Rp4,5 miliar di luar tanah, dibanding bangunan serupa dari beton dengan desain yang sama yang Rp4,2 miliar. Bila penggunaan balok bambu lebih massal, tentu saja biaya pembangunannya bisa jauh lebih rendah dibanding rumah beton.

Dibanding kayu, balok bambu lebih berat sekitar 1.200 kg/m2. Karena itu bisa tenggelam di dalam air, sementara kayu tidak. Tapi, jika dibandingkan dengan struktur beton yang mencapai 2.800 kg/m2 dan baja 7.800 kg/m2, struktur bambu jauh lebih ringan.

Dalam konstruksi bangunan bertingkat, aplikasi struktur bambu yang lebih ringan menjadi lebih menguntungkan. Teorinya, total struktur dan besar beban bangunan di atas yang lebih ringan akan membuat pemakaian substruktur berupa pondasi di bawahnya juga lebih ringan.

Produk Bambulogy diklaim memiliki rasio kekuatan berbanding berat (strength/weight ratio) yang lebih kuat daripada baja. Misalnya, 1 kg baja dengan 1 kg balok bambu jika diuji kekuatannya, baja akan kalah. “Modulus elastisitas (rasio kekakuan bahan) bambu lebih rendah dibandingkan baja. Bangunan bambu bisa tahan terhadap goyangan gempa. Beda dengan bangunan beton yang rigid, terkena gempa akan gampang ambruk,” urainya.

Membangun lebih cepat

Penggunaan konstruksi bambu juga unggul dalam proses pembangunan karena lebih cepat dengan kebutuhan pekerja lebih sedikit. Proyek Bambulogy Mansion empat lantai itu bisa selesai empat bulan dengan 10 tukang. Seluruh komponen bangunannya telah melalui tahap prefabrikasi di workshop dan tinggal dipasang di lokasi. Jadi, tidak membutuhkan alat berat untuk membawanya. Material Bambulogy juga telah lulus uji coba di Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat).

Rizal berharap teknologi bambu ini bisa menjadi alternatif membangun rumah bagi masyarakat secara swadaya. Dibandingkan rumah dari beton yang perlu banyak tukang dengan upah yang mahal, pemakaian bambu lebih murah karena bisa dibangun sendiri. “Kita bisa siapkan material siap pakai hingga pedoman pemasangan yang hanya memerlukan obeng dan tang,” terang ayah dua anak itu. Saat ini Bambulogy melepas harga balok bambunya Rp14-15 juta per m3.

Furnitur dan aksesoris

Tak terbatas untuk struktur, Bambulogy juga mengembangkan aplikasi bambu untuk komponen bangunan seperti pintu, pelapis lantai seperti parket kayu, dan dekorasi ukiran. Balok bambu juga bisa diolah menjadi lembaran hingga selebar 1,36 m dengan ketebalan 13,5 mm. Bambulogy juga meneruskan materialnya kepada para perajin furnitur untuk dikembangkan menjadi perabot rumah. Bambu sisa olahan bisa dikreasikan lagi menjadi aksesoris interior. Bambulogy menerima pesanan secara satuan dan proyek serta untuk pengerjaan furnitur.

Ramah Lingkungan

Misi besar Bambulogy yang lain, ingin memperkenalkan kembali kearifan budaya lokal Indonesia melalui bambu. Konstruksi bambu secara kasat mata bisa dikategorikan ramah lingkungan karena menggunakan bahan alami yang mudah diperbaharui dan mengurangi pemakaian semen, serta sedikit menghasilkan sisa material (waste). Rumah tinggal dari bambu secara natural juga menyerap karbondioksida (CO2). Bambulogy menawarkan paket design and build untuk membangun rumah, vila dan hotel dengan garansi kekuatan lima tahun. “Sebetulnya secara hitungan konstruksi bambu bisa kuat sampai 30 tahun,” kata Syamsurizal.

Bambulogy juga akan membidik generasi milenial untuk mengembangkan pemakaian bambu melalui pelatihan rutin berkonsep from design to manufacture yang tengah digarap dan direncanakan dimulai tahun ini. Selain Bambulogy Mansion yang sudah lebih dulu dijadikan business model untuk menjaring investor muda, Rizal membuka kerja sama pembiayaan dengan cara pembelian unit di Bambulogy Mansion yang dibangunnya.

Setiap investor dijanjikan mendapatkan pendapatan bersih dari setiap kamar setiap bulannya. Rizal menargetkan dapat memenuhi 500 unit kamar dalam dua tahun ke depan dengan estimasi balik modal lima tahun. Saat ini kerja sama sudah dimulai pada Bambulogy Mansion di Pasar Minggu, Jakarta Selatan sebanyak 18 unit kamar, dan menyusul bangunan bambu enam lantai di Cirendeu, Tangerang Selatan.

Pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan alternatif pengganti kayu nyaris tak berkembang di Indonesia. Pengolahan dan pemakaiannya masih terbatas untuk pembangunan rumah-rumah tradisional dan pembuatan produk kerajinan rumah tangga. Padahal, potensi pemanfaatan bambu dalam industri bahan bangunan sangat besar.

Potensi itu yang ingin dikembangkan Syamsurizal Munaf melalui produksi bambu press dan aplikasinya berlabel Bambulogy. Di bawah bendera PT Indonesia Hijau Dwidaya (IHD) ia memproduksi balok-balok bambu yang siap digunakan untuk struktur bangunan hingga pembuatan furnitur dan aksesorisnya.

“Kita nggak menciptakan sesuatu yang baru, hanya belajar dan meniru dari apa yang sudah ada di negeri asalnya China,” katanya saat ditemui housing-estate.com di rumah sekaligus kantornya yang asri di kawasan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Banten), beberapa waktu lalu.

Ia mengaku berguru langsung ke negeri tirai bambu itu untuk mempelajari pengolahan bambu secara modern. Dari sebuah workshop kecil di dekat rumahnya, kini Syamsurizal mengembangkan pabrik bambu di Sukabumi, Jawa Barat. Ia menerjunkan anak tertuanya Karim Munaf yang sedang mengambil kuliah teknologi perkayuan di Kanada untuk mengelola pabrik itu.

“Kita mengambil bahan baku dari petani di sekitar pabrik karena bambu itu hama buat mereka, bahkan jadi sampah. Sekarang petani menyetor bambu ke pabrik kita buat penghasilan tambahan mereka,” kata mantan Direktur Utama PT Elnusa Tbk itu. Sampai kini IHD telah merekrut 14 petani sebagai pemasok.

Bangunan empat lantai Bambulogy Mansion
Bangunan empat lantai Bambulogy Mansion

Lebih kuat dari kayu ulin

Produk jadi yang dihasilkan Bambulogy berupa balok bambu berdimensi 10 x 10 cm dengan panjang maksimal 2,44 m. Satu balok bambu menghabiskan sekitar 22 batang bambu utuh dengan syarat panjang 2,5 m, diameter 9-12 cm, dan ketebalan 8 mm. Pabrik hanya menerima batang bambu yang telah berusia tiga tahun.

Proses pengolahan dimulai dari pengambilan daging bambu, lalu ditekan (press) untuk menghasilkan serat-serat panjang, kemudian di-carbonizing untuk menghilangkan kadar gulanya agar bambu tahan rayap. Selanjutnya daging bambu direkatkan dengan bahan perekat, di-press lagi dan dicetak menjadi balok.

“Balok bambu 1,8 kali lebih kuat dari kayu ulin. Jadi bantalan rel kereta juga bisa,” ujar pria yang mengantongi gelar insinyur sipil dari ITB Bandung, Jawa Barat, itu. Kapasitas produksi pabrik Bambulogy saat ini sekitar 60 meter kubik (m3) dengan waktu produksi 21 hari dari pengolahan bahan baku hingga menjadi balok bambu. Proses produksi dijalankan dengan mesin-mesin press yang biasa digunakan pada industri otomotif.

“Produksi balok bambu sangat berbeda dengan industri pengolahan kayu. Orang dari (pabrik) kayu justru tidak bisa masuk ke sini,” kata Rizal, begitu ia kerap disapa.

Struktur tahan gempa

Ia telah menguji kekuatan bambu olahannya menjadi struktur bangunan tempat tinggal. Ia ingin mengembangkan modern wood building new concept di Indonesia dengan balok bambu pabrikannya. Proyek rintisannya berupa properti rumah kos dua lantai Bambulogy Mansion berisi 32 kamar tidur di Jalan Cendrawasih, Ciputat, Tangerang Selatan. Di versi pertama itu balok-balok bambu dijadikan pengisi struktur dinding dan lantai dengan ketebalan sesuai kebutuhan. Struktur tulangan utama masih menggunakan baja.

Di lokasi yang sama kini Rizal mengembangkan versi ketiga rumah kos empat lantai berisi 52 kamar, menggunakan 98 m3 balok bambu. Seluruh konstruksinya menggunakan bambu pabrikan mulai dari struktur bangunan utama, dek lantai, tangga, kusen pintu dan jendela, pintu, pagar koridor hingga struktur atap yang ditopang dengan konstruksi baja ringan. Pertemuan-pertemuan bambu diperkuat dengan joint baja yang diproduksi khusus oleh Bambulogy.

“Kalau saya hanya bilang produk bambu ini kuat, siapa yang mau percaya? Karena itu diperlukan bukti fisik bangunan. Ternyata banyak yang tertarik. Ini termasuk rumah kayu (bambu) tertinggi di Indonesia,” kata Rizal.

Biaya pembangunan rumah empat lantai itu mencapai Rp4,5 miliar di luar tanah, dibanding bangunan serupa dari beton dengan desain yang sama yang Rp4,2 miliar. Bila penggunaan balok bambu lebih massal, tentu saja biaya pembangunannya bisa jauh lebih rendah dibanding rumah beton.

Dibanding kayu, balok bambu lebih berat sekitar 1.200 kg/m2. Karena itu bisa tenggelam di dalam air, sementara kayu tidak. Tapi, jika dibandingkan dengan struktur beton yang mencapai 2.800 kg/m2 dan baja 7.800 kg/m2, struktur bambu jauh lebih ringan.

Dalam konstruksi bangunan bertingkat, aplikasi struktur bambu yang lebih ringan menjadi lebih menguntungkan. Teorinya, total struktur dan besar beban bangunan di atas yang lebih ringan akan membuat pemakaian substruktur berupa pondasi di bawahnya juga lebih ringan.

Produk Bambulogy diklaim memiliki rasio kekuatan berbanding berat (strength/weight ratio) yang lebih kuat daripada baja. Misalnya, 1 kg baja dengan 1 kg balok bambu jika diuji kekuatannya, baja akan kalah. “Modulus elastisitas (rasio kekakuan bahan) bambu lebih rendah dibandingkan baja. Bangunan bambu bisa tahan terhadap goyangan gempa. Beda dengan bangunan beton yang rigid, terkena gempa akan gampang ambruk,” urainya.

Membangun lebih cepat

Penggunaan konstruksi bambu juga unggul dalam proses pembangunan karena lebih cepat dengan kebutuhan pekerja lebih sedikit. Proyek Bambulogy Mansion empat lantai itu bisa selesai empat bulan dengan 10 tukang. Seluruh komponen bangunannya telah melalui tahap prefabrikasi di workshop dan tinggal dipasang di lokasi. Jadi, tidak membutuhkan alat berat untuk membawanya. Material Bambulogy juga telah lulus uji coba di Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat).

Rizal berharap teknologi bambu ini bisa menjadi alternatif membangun rumah bagi masyarakat secara swadaya. Dibandingkan rumah dari beton yang perlu banyak tukang dengan upah yang mahal, pemakaian bambu lebih murah karena bisa dibangun sendiri. “Kita bisa siapkan material siap pakai hingga pedoman pemasangan yang hanya memerlukan obeng dan tang,” terang ayah dua anak itu. Saat ini Bambulogy melepas harga balok bambunya Rp14-15 juta per m3.

Furnitur dan aksesoris

Tak terbatas untuk struktur, Bambulogy juga mengembangkan aplikasi bambu untuk komponen bangunan seperti pintu, pelapis lantai seperti parket kayu, dan dekorasi ukiran. Balok bambu juga bisa diolah menjadi lembaran hingga selebar 1,36 m dengan ketebalan 13,5 mm. Bambulogy juga meneruskan materialnya kepada para perajin furnitur untuk dikembangkan menjadi perabot rumah. Bambu sisa olahan bisa dikreasikan lagi menjadi aksesoris interior. Bambulogy menerima pesanan secara satuan dan proyek serta untuk pengerjaan furnitur.

Ramah Lingkungan

Misi besar Bambulogy yang lain, ingin memperkenalkan kembali kearifan budaya lokal Indonesia melalui bambu. Konstruksi bambu secara kasat mata bisa dikategorikan ramah lingkungan karena menggunakan bahan alami yang mudah diperbaharui dan mengurangi pemakaian semen, serta sedikit menghasilkan sisa material (waste). Rumah tinggal dari bambu secara natural juga menyerap karbondioksida (CO2). Bambulogy menawarkan paket design and build untuk membangun rumah, vila dan hotel dengan garansi kekuatan lima tahun. “Sebetulnya secara hitungan konstruksi bambu bisa kuat sampai 30 tahun,” kata Syamsurizal.

Bambulogy juga akan membidik generasi milenial untuk mengembangkan pemakaian bambu melalui pelatihan rutin berkonsep from design to manufacture yang tengah digarap dan direncanakan dimulai tahun ini. Selain Bambulogy Mansion yang sudah lebih dulu dijadikan business model untuk menjaring investor muda, Rizal membuka kerja sama pembiayaan dengan cara pembelian unit di Bambulogy Mansion yang dibangunnya.

Setiap investor dijanjikan mendapatkan pendapatan bersih dari setiap kamar setiap bulannya. Rizal menargetkan dapat memenuhi 500 unit kamar dalam dua tahun ke depan dengan estimasi balik modal lima tahun. Saat ini kerja sama sudah dimulai pada Bambulogy Mansion di Pasar Minggu, Jakarta Selatan sebanyak 18 unit kamar, dan menyusul bangunan bambu enam lantai di Cirendeu, Tangerang Selatan.

Rekomendasi untuk Anda

Rekomendasi untuk Anda