HousingEstate, Jakarta - Ruang Keluarga Hangat dan Nyaman

Sebagai pusat kegiatan di rumah, ruang keluarga harus nyaman dan bisa dinikmati semua penghuninya.

 Kehidupan metropolis banyak mengubah keseharian seseorang. Sebagian besar waktu tersita di luar rumah, entah untuk bekerja atau terbuang percuma di jalanan. Akibatnya, waktu untuk berinteraksi dengan keluarga di rumah tinggal sedikit. Rumah sebagai pusat komunikasi anggota keluarga tidak berfungsi maksimal.

Ada yang mencoba menyiasati dengan meningkatkan kualitas komunikasi. Misalnya dengan sering berkomunikasi lewat telepon. Masalahnya, kehangatan keluarga tidak memadai dibangun hanya lewat telepon. Tetap harus ada acara kumpul bersama secara berkala. Dan, tempat yang pas untuk itu adalah ruang keluarga.

“Keakraban sebuah keluarga harus dipertahankan. Ruang keluarga adalah bentuk fisik paling ideal untuk mewadahinya,” kata Ratna Djuwita, pengajar psikologi arsitektur di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI).

 

Nyaman

Di ruang itu seluruh anggota keluarga bisa melakukan sosialisasi, berkomunikasi dan bercengkerama, sambil makan, nonton TV, dan lain-lain. Pendeknya berinteraksi dalam suasana santai. Fungsi sebagai wadah interaksi keluarga itu tentu saja mempengaruhi konsep desain ruang keluarga pada rumah-rumah di perkotaan.

Menurut Anneke Andriana, arsitek yang puluhan tahun menggeluti usaha konsultan arsitektur dan desain interior, untuk gaya hidup sekarang ruang keluarga bisa disatukan dengan ruang makan, ruang kerja, ruang bermain bahkan ruang tamu. “Di kota jarang ada tamu formal. Kebanyakan teman yang sudah akrab. Ruang keluarga lebih enak dijadikan tempat ngobrol karena suasananya informal,” katanya.

Karena sifatnya multifungsi, ruang itu harus nyaman. Pencahayaan, tata warna, dekorasi, pernak-pernik, pilihan dan penempatan furnitur harus pas. Perpaduan yang tepat akan membuat semua pengguna bisa menikmatinya. Pimpinan PT Asri Desindo Intiwidya itu mencontohkan, jika punya anak kecil sebaiknya tidak memakai mebel berbahan kaca dan bersudut tajam. Jangan pula menggunakan lantai licin dan pencahayaan remang-remang, apalagi bila ada orang lanjut usia.

Usahakan lokasinya di sentra rumah dan mudah dicapai dari ruang-ruang lain. Lebih baik lagi, tambah Ratna, bila ruang keluarga bersifat terbuka sehingga penghuni tidak merasa terbatasi.

Lay out dan warna

Tak kalah penting adalah penentuan fokus. Misalnya untuk menonton TV, peletakan sofa harus disesuaikan jaraknya dan tidak miring dengan posisi pesawat TV, agar acara menonton jadi enak dan kesehatan mata tak terganggu. Ruangnya tak perlu besar. Ukuran 4 x 4 sudah cukup ideal untuk menampung kegiatan itu.

Penataan furnitur usahakan tidak menganggu sirkulasi orang, dan tidak membuat ruangan terkesan sempit. Untuk itu besar kecilnya furnitur sesuaikan dengan luas ruangan. Tidak semua sudut harus diisi furnitur. “Kalau ruangnya kecil, mungkin tidak harus pakai sofa tapi cukup karpet dan bantal-bantal,” kata Anneke.

Kesan hangat dalam ruang keluarga sangat bergantung pada gaya arsitektur yang diterapkan dan gaya hidup penghuninya. Satu hal yang juga penting dihadirkan, adalah kesan menenangkan dan tidak membosankan. Misalnya, dengan membuat warna dinding terang dan sedikit feminim. “Aktivitas di luar biasanya penuh emosi. Jadi, jangan lagi memilih warna yang membuat kita berapi-api di rumah,” ujar ketua Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) itu.

 

Pencahayaan

Ruang keluarga juga butuh pencahayaan cukup. Kombinasi pencahayaan langsung mengarah ke bawah (down light) dan sedikit pencahayaan ke atas (up light), akan memberikan nuansa lebih nyaman pada ruang keluarga. Untuk menghemat energi, usahakan memasukkan cahaya siang (day light) ke dalam ruangan, agar tidak perlu menyalakan lampu sepanjang hari.

Ada baiknya ruang keluarga tidak tertutup secara masif. Perbanyak bukaan supaya terjadi ventilasi silang dan sirkulasi udara baik. Banyak ahli mengatakan, terapi alam bisa menghilangkan stres. Karena itu sedikit ruang hijau, misalnya 1,5 x 3 m dengan sedikit bunyi gemericik air, sudah bisa menjadi terapi. “Saya sangat menganjurkan ruang keluarga terhubung dengan ruang terbuka hijau, sekecil apa pun, karena sangat menolong,” kata Anneke yang juga aktif di Himpunan Teknik Iluminasi Indonesia (HTII) itu. Penulis: Halimatussadiyah

Tips Ruang Keluarga

  1. Pertimbangkan siapa saja pengguna ruang keluarga, mencakup jumlah, tingkat usia, dan kebiasaan dalam keluarga. Luasannya juga harus disiapkan agar bisa menampung acara-acara keluarga.
  2. Pilih furnitur multifungsi dan tidak formal. Untuk sofa, pilih yang santai dan agak rendah. Atur sofa dalam posisi membulat guna menguatkan kesan akrab.
  3. Letakkan karpet pada area sofa guna menambah kesan hangat dan nyaman, selain memberi batas ruang secara abstrak.
  4. Gunakan warna-warna menenangkan (relaxing). Bisa juga dipilih warna terang seperti kuning, hijau, orange dengan gradasi yang tidak terlalu menyolok dan tidak pula terlalu teduh (medium tone).
  5. Tambahkan sedikit pencahayaan ke atas (up light) untuk memberi nuansa beda dan mengurangi kesan menekan. Bisa diletakkan di sudut-sudut ruangan atau plafon yang didesain dengan sistem dropceiling, sehingga ada tempat untuk meletakkan lampu-lampu indirect (tidak langsung).
  6. Tambahkan sedikit ruang terbuka hijau berupa taman kecil atau kolam dengan air mengalir.