HousingEstate, Jakarta - Kawasan Menteng, Jakarta Pusat, menjadi ikon kawasan elit di Ibu kota. Kawasan elit lain seperti Kebayoran Baru, Kelapa Gading, Pantai Indah Kapuk masih kalah pamor. Padahal harganya tidak jauh berbeda. Keelitan kawasan ini tampak dari banyaknya mantan pejabat dan petinggi negeri, termasuk pengusaha sukses yang memilih tinggal di sini. Kantor kedutaan asing berikut rumah duta besarnya juga bertebaran di Menteng.
Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, Jusuf Kalla, Try Sutrisno, pengusaha Probosutedjo, Mien Sugandi, mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazir, adalah sebagian yang memilih tinggal di Menteng. Rumah dinas Wakil Presiden juga di Menteng di Jl Diponegoro di seberang Taman Suropati.
Eksklusifitas kawasan Menteng juga tergambar dari harga propertinya yang cukup fantastis. Menurut Arief Harsono, broker properti dari Era Land di Jl Proklamasi, Jakarta Pusat, harga tanah di Menteng saat ini berkisar Rp50-130 juta/m2. Tiga tahun terakhir harganya naik sangat tinggi. Harganya bakal semakin menggila mengingat Pemprov DKI belum lama ini menaikkan nilai jual obyek pajak (NJOP) 100-200 persen. “Paling mahal di sekitar Jl Imam Bonjol, Teuku Umar, Jl Suwiryo, dan Jl Tanjung. Yang lebih murah di kawasan dekat rel kereta seperti di Jl Penataran dan Jl Bonang,” ujar Arief.
Kendati kenyamanannya berkurang karena sudah banyak yang berubah fungsi menjadi komersial, perkantoran, dan lalu lintasnya cukup padat, peminatnya tidak pernah berkurang. Orang-orang kaya, para diplomat dan pekerja asing masih menempatkan Menteng sebagai salah satu pilihan utama tempat tinggal.
Seorang pengusaha properti mengaku mendapat untung besar dari penyewaan rumahnya di Menteng. Berawal dari rasa tidak nyaman terhadap lingkungan yang banyak berubah ia meninggalkan rumahnya kemudian berpindah ke Jakarta Selatan. “Rumah itu akhirnya saya kontrakkan ke orang Jepang, biaya satu bulan kontrakan rumah saya di Menteng bisa untuk mengontrak satu tahun di Jakarta Selatan,” katanya.
Tingginya harga properti di Menteng, menurut Ade, marketing executive Ray White Menteng, salah satunya disebabkan karena kosongnya penawaran. “Kita sudah membuat perkiraan harga pasar tapi ternyata tidak ada yang mau menjual, akibatnya harga semakin melonjak,” katanya.
Ia menyebut rumah dengan luas bangunan 830 m2, tanah 980 m2, di Jl Cilosari di perbatasan Menteng dengan Cikini harganya Rp55 miliar. Di Jl Banyuwangi tipe 600/750 ditawarkan Rp75 miliar, lalu di Jl Agus Salim tipe 100/1.058 Rp85 miliar. “Yang lebih tinggi lagi di Jl HOS Cokroaminoto, tipe 800/1.754 mintanya Rp120 miliar,” katanya. Yudis