HousingEstate, Jakarta - Relife Group bekerjasama dengan Pondok Pesantren Darul Istiqomah kini sedang mengembangkan kawasan terpadu Relife Greenville seluas 40 ha di Jl Poros Makassar KM 25, Bontoa, Mandai, Kabupaten Maros, sekitar 10 menit dari Bandara Sultan Hasanuddin.
Kawasan terpadu ini akan dikembangkan dalam tiga zona: pendidikan, komersial, dan residensial. Master plannya dikerjakan oleh Prof. Yandi Adriatmo, dosen arsitektur Universitas Indonesia, sedangkan untuk desain bangunannya yang secara umum bercorak arsitektur Islam menggunakan konsultan dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Sesuai master plan, ‘roh’ dari kawasan terpadu ini adalah pendidikan. Karena Darul Istiqomah merupakan pondok pesantren terbesar di Sulawesi Selatan dan memiliki cabang di 30 kota di seluruh Indonesia. Maka itu lokasi zona pendidikan berada di area pondok pesantren sekarang. Sedangkan zona komersial di kiri-kanan jalan utama kawasan yang terkoneksi Jl Poros Sulawesi, dan zona residensial berada di sisi belakang pondok pesantren dan komersial.
Menurut Alfiansyah, General Manager PT Darul Istiqamah Property, di zona pendidikan ini nantinya semua bangunan yang ada sekarang akan direvitalisasi, selain akan ditambah bangunan-bangunan baru. Demikian pula fasilitas untuk proses belajar mengajar para santri, termasuk boarding school, tenaga pengajar, dan kurikulumnya, juga akan ditingkatkan sehingga Darus Istiqomah yang sudah berdiri sejak 1971 ini berubah menjadi pondok pesantren modern yang mampu menampung 1,500 santri dari jenjang TK, SD, SMP, hingga SMU sesuai cita-cita pendirinya, Kyai Ahmad Marzuki Hasan. “Beliau juga berharap perekonomian warga pondok pesantren yang berjumlah 300 kepala keluarga dapat meningkat dengan dibangunnya kawasan terpadu ini,” katanya.
Sementara untuk zona komersial karena berada di Jl Poros Sulawesi yang merupakan jalan provinsi dari kota Makassar ke kota Maros, Palu, Pare-Pare, dan Manado, akan dikembangkan menjadi komplek-komplek ruko tematik, pusat kuliner, mal, rumah sakit, dan hotel. “Ini adalah proyek idealis berjangka panjang, 10-15 tahun, dengan nilai kapitalisasi kurang lebih Rp1 triliun,” kata Ghofar Rozaq Nazila, Chairman Relife Group.
Klaster Fiiziya
Untuk tahap awal developer akan mengembangkan zona residensial. Klaster pertama yang dilansir ke pasar adalah Fiizia seluas 2 ha. “Nama Fiizia dikutip dari bahasa arab, atau kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah fisika,” terang Alfiansyah. Begitu pula untuk klaster-klaster lain yang totalnya ada sembilan, semua akan memakai nama-nama mata pelajaran, seperti Qimiya, Aljabar, dan lain-lain.
Nama-nama klaster tersebut juga sekaligus menjadi tema taman di setiap klaster. Misalnya klaster Fiizia maka tamannya juga bertema fisika, akan dilengkapi alat-alat peraga sederhana tentang ilmu fisika. Jadi sembari bermain, anak-anak dapat mengasah pengetahuannya.
Jumlah rumah yang dikembangkan di klaster Fiizia ada 110 unit, namun untuk tahap I baru 50 unit yang dipasarkan, seluruhnya tipe 69 (dua lantai) dengan kaveling bervariasi mulai 105 m2 hingga 221 m2. Relife membadrolnya mulai Rp550 juta. “Ini rumah paling murah di Makassar. Di perumahan lain harga Rp550 juta dapat rumah satu lantai, di sini dapat rumah megah dua lantai,” papar Alfiansyah. Joy