HousingEstate, Jakarta - Dulu orang hanya mengenal satu warna genteng: oranye kemerahan. Namun, sejak 10 tahun lalu tampilannya lebih modis, dan warna-warni. Satu meter persegi bisa diisi 2 – 10 warna. Dengan pilihan warna beragam itu, genteng tidak lagi tampil monoton, tapi bisa diserasikan dengan warna dinding dan kayu. Rumah pun tampil lebih cantik dan menawan.
Orang mungkin mengira genteng multicolor itu lahir dari tangan seorang arsitek atau seniman. Padahal, tidak. Adalah Fancy Halim Ishak, seorang desainer interior sekaligus ahli keuangan dan marketing, yang menciptakannya melalui Genteng Karangpilang (GK).
“Saya menggabung beberapa warna natural. Delapan warna bisa digabung dalam satu genteng,” katanya. Kini, setelah 12 tahun di tangan Fancy, GK benar-benar lebih berwarna dengan ratusan koleksi genteng multicolor. “Kami pelopor genteng multicolor di Indonesia,” tegas wanita yang hobi main piano ini.
Produknya pun menjadi tren dan banyak dipakai di rumah-rumah menengah atas di seluruh Indonesia. Konsumennya mulai dari perorangan yang merenovasi atau membangun rumah sampai developer papan atas. “Kalau Anda melihat rumah yang gentengnya warna-warni, itu kebanyakan produk kami,” katanya.
Waktu Fancy masuk, GK hanya memiliki satu tipe genteng Indonesiana tile (kemudian menyusul Portuguese tile), dengan satu warna seperti disebut di atas. Indonesiana dengan kombinasi desain kolonial Eropa dan tradisional Indonesia itu, waktu itu sudah dianggap genteng dengan inovasi terbaru.
Kini GK bukan hanya kaya warna tapi juga punya beragam tipe. Mulai dari Indonesiana dan Portuguese tile, sampai Curved, Romana, Mediterrania, Omega, dan Biber tile, bahkan meluas sampai bata mosaik dan batu dekoratif. Dengan pilihan tipe dan warna beragam itu, GK luwes dipakai untuk gaya arsitektur apapun.
Menurut dia, genteng multiwarna mempersatukan seluruh konsep warna eksterior di sebuah rumah. Selain itu juga cocok dengan konsep back to nature yang warnanya selalu multicolor bergradasi. Ia membuktikannya pada rumahnya di Lippo Karawaci.
Dengan genteng lengkung (curved tile), dipadu bata mosaik dan batu dekoratif, ia berhasil menghidupkan ciri mediteranian Perancis yang unik, natural, indah, dan asri pada rumah dua lantai itu. Dari luar rumah terkesan pendek dan satu lantai. Begitu masuk ternyata dua lantai dan lega. Rumah itu pun masuk dalam “Karya Arsitektur Indonesia 2003”, dan sempat ditayangkan dalam acara “Rumah Idaman” di stasiun TV Indosiar dan “Home Beauty” di SCTV.
Pemalu
GK didirikan ayah Fancy pada 1956 di Karangpilang, Surabaya. (Ia meminta nama ayah dan ibunya, juga kedua anaknya, tidak ditulis). Tadinya, sang ayah yang lulusan teknik kimia Universitas Sun Yat Sen (Beijing) itu, ikut mengelola usaha restoran “Kiet Wan Kie” peninggalan ayahnya (kakek Fancy) di Jl Kembang Jepun, Surabaya.
Namun, karena kakak-kakaknya sudah banyak yang terlibat, ayah Fancy ingin membuka usaha sendiri. Dengan backround pendidikan kimia, usaha yang dibukanya juga tidak jauh dari itu: pabrik cat, genteng dan lain-lain. Ternyata yang jalan hanya genteng.
Kakak sulung Fancy ikut membantu usaha pabrik genteng itu di bagian pemasaran dan administrasi. Kakak keduanya yang lulusan teknik mesin ITS menangani bagian produksi. Sedangkan kakak ketiganya menetap di Amerika Serikat (AS).
Waktu itu merek gentengnya Good Year. Diubah menjadi Karangpilang (sesuai nama kawasan pabriknya di Surabaya), karena pabrik ban Good Year lebih dulu mematenkan merek itu. “Tapi, untuk nama lokal di Jawa Timur kami masih pakai Good Year Karangpilang,” katanya.
Belakangan kakak sulungnya memilih melanjutkan usaha restoran itu. Walhasil, Fancy pun menjadi harapan orang tuanya untuk men-support tanggung jawab kakaknya meneruskan usaha keluarga.
Fancy yang terbilang pemalu itu semula berniat menjadi fashion designer. Tapi, karena profesi itu dinilai sudah jenuh, ia pun mengurungkan niat dan setuju meneruskan usaha keluarga. Untuk itu ia memutuskan mengambil studi desain interior di Santa Monica College, California, AS.
Ia sempat bekerja sebelum mengambil MBA di bidang marketing, keuangan dan bisnis internasional di California State University, AS, dan kemudian Ph.D dari Washington International University.
Home-coming Queen
Pengalaman tinggal dan bersekolah di AS banyak mengubah karakternya. Dari semula introvert, tidak berani bicara di depan publik dan cenderung menutup diri, menjadi lebih pede. Di universitas itu pada 1987, ia bahkan sempat mengikuti kontes Home-coming Queen, kontes mengadu popularitas di mata dosen dan teman-teman sekampus, sebagai perwakilan mahasiswa Asia.
Di luar dugaan ia memenangkannya, dan karena itu sering tampil mewakili universitas sebagai semacam public relations untuk beberapa event. “Prestasi itu membuat saya makin percaya diri,” kata Fancy.
Pada akhir 1989 ia pulang ke Indonesia, namun tidak langsung bergabung dengan GK. Ia memilih bekerja di tempat lain. Alasannya, sebelum masuk jajaran manajemen ia harus punya bekal dan pengalaman cukup, karena akan memimpin dan memberi visi kepada semua anak buahnya.
Mula-mula ia bekerja di sebuah perusahaan farmasi cukup besar di Jakarta, sebagai asisten direktur marketing. Di situ dengan cepat ia menyerap banyak hal mengenai seluk-beluk perusahaan. Beberapa bulan kemudian melompat ke PT Niki Asia, perusahaan sekuritas joint venture Indonesia-Malaysia, sebagai underwriter officer sambil nyambi menjadi pialang di lantai bursa.
Keahlian di bidang keuangan memang memungkinkannya menekuni bidang itu. Bahkan dengan sertifikat pialang di tangan hingga kini ia masih bisa bertransaksi di lantai bursa. “Saat itu bursa saham seperti ABG, sedang berkembang. Saya pingin tahu dan mempelajarinya,” katanya.
Waktu bekerja di Niki itulah ia kenal Benyamin Ishak, seorang pemasok spare part pesawat terbang dan bahan kimia, yang kelak menjadi suaminya. Setelah beberapa waktu, ia memutuskan keluar dari perusahaan itu guna mempersiapkan pernikahan. Keduanya menikah Maret 1991.
“Setelah menikah baru saya berpikir ikut ngurus usaha keluarga,” kata perempuan yang hobi membaca buku desain interior ini. Di GK Fancy diberi tanggung jawab mengembangkan pemasaran wilayah Jakarta dan Jawa Barat yang potensi pasarnya sangat besar. Jawa Timur dan Jawa Tengah dipegang kakak keduanya di Surabaya. Sementara pasar luar Jawa ditangani bersama.
Kontrak eksklusif
Di Jakarta ia membuka kantor pusat di Pondok Pinang, Jakarta Selatan, sekaligus show room dan work shop tempat finishing produk-produk GK. Manajemennya terpisah dari kantor pusat Surabaya, dengan bendera PT Cerarufindo Primamandiri (CP). Ia menjadi presdirnya.
Ternyata tidak mudah menembus pasar Jabodetabek. Pasalnya, sampai awal 90-an GK hanya dikenal di Jawa Timur dan beberapa wilayah lain di Indonesia bagian timur. Selain itu ia juga mendapat persaingan sengit dari genteng sejenis, dan kesulitan mendapatkan staf marketing yang handal. Fancy pun terjun langsung menjadi tenaga marketing. Ia juga rajin berpromosi.
Semua pameran properti dan bahan bangunan diikutinya demi menunjukkan kualitas GK. Beberapa tahun kemudian kerja kerasnya menunjukkan hasil.
Orang mulai banyak memakai GK. Apalagi, bersamaan dengan itu properti booming. Pada 1996 Grup Lippo yang tengah mengembangkan rumah bergaya mediterania di Lippo Karawaci (Tangerang), Bukit Sentul (Bogor), Lippo Cikarang (Nekasi), Tanjung Bunga (Makassar) dan sejumlah lokasi lain, meminta para pemasoknya membuatkan curved tile karena dinilai paling pas dengan gaya rumah itu.
Semua angkat tangan kecuali Fancy. Di sini ia menunjukkan talentanya. Curved tile identik dengan dirinya. Dia yang mendesain sampai siap diproduksi. Genteng kurva dibuat di Spanyol sejak ribuan tahun lalu, fosilnya masih ada sampai kini. Untuk itu ia bekerja keras termasuk mengimpor curved tile dari Eropa sebagai prototipe. “Ternyata sulit. Pembuatan moulding-nya saja perlu delapan bulan,” katanya.
Setelah diproduksi dan dicoba secara trial and error di gerbang utama Bukit Sentul, ternyata genteng dari kawasan mediteranian itu bisa diadopsi dengan baik di iklim tropis. Pemasangannya tidak perlu underlayer seperti genteng modern lain yang prototipenya dari Jepang (genteng Sinto), tapi dengan cara kait-mengait (interlocking).
Pengetesan dengan diinjak di berbagai posisi, hasilnya tetap rapi dan tidak melorot. Kekuatan dan kelenturannya juga sangat baik. “Dari situ baru kami mendapat kontrak dari Lippo,” tuturnya mengenang kejadian sembilan tahun lalu itu.
Warung desain
Kontrak bersifat eksklusif. Selama lima tahun curved tile tidak boleh dijual kepada pihak lain, tapi hanya untuk perumahan milik Grup Lippo. Agar bisa melayani order “kliennya” yang begitu besar secara customized, Fancy pun memindahkan kantor CP ke Karawaci, Tangerang.
Grup Lippo rupanya puas dan menantangnya menciptakan warna-warna glazur. Dari sinilah lahir genteng multicolor yang membuat GK lebih modis dan berwarna itu. Kepercayaan kelompok usaha yang dibentuk keluarga Mochtar Riady itu tak berhenti sampai di situ.
Lippo yang juga membangun rumah bernuansa Bali memintanya membuat batu dekoratif untuk ornamen rumah tersebut. Saat itu batu seperti itu harus diimpor dari Australia. Fancy kemudian membuatnya lebih tipis (1,2 cm). Batu dekoratif itu pun ikut ngetren. Dinding rumah yang dibalut batuan itu tampak lebih indah dan natural.
Berakhirnya kontrak eksklusif dengan Grup Lippo pada 2001 membuat Fancy makin kreatif. Kini orientasinya benar-benar pasar. Kantor CP di Jakarta dijadikan pusat marketing dan desain GK, dengan Fancy sebagai master desainernya.
“Marketing dan desain selalu berhubungan dengan publik. Karena itu kami harus mendekat dengan pusat media dan perkembangan desain di Jakarta,” kata perempuan yang menjaga kebugaran tubuhnya dengan fitness dua kali sehari ini.
Dari warung desain itu berturut-turut lahir Romana, curved tile yang dipermodern (gelombangnya lebih besar), genteng flat Omega Shining tile yang merupakan respon terhadap tren gaya rumah minimalis, dan Biber tile. Pasar merespon antusias tipe-tipe baru GK itu. Omega Shining tile bahkan termasuk kategori best seller.
Sampai kini GK konsisten di keramik dan tidak tergoda berekspansi ke jenis genteng lain. “Untuk daerah tropis keramik tetap paling ideal siang atau malam,” katanya. Kini GK sudah memiliki tiga gerai di Jakarta, dan sebentar lagi akan bertambah menjadi empat dengan dibukanya gerai di kawasan Permata Senayan. Hadi Prasojo, Yoenazh K Azhar
Sumber: Majalah HousingEstate
atau
Unduh versi digitalnya WayangForce, Scoop & Scanie.