HousingEstate, Jakarta - Bisnis Yan Mogi tidak luput dari krisis. Tapi, tidak seperti kebanyakan developer, ia bukan hanya cepat bangkit dan mengonsolidasikan usaha, tapi justru makin berkibar setelah krisis. Proyeknya makin beragam, mulai dari rumah sederhana (RS), ruko, rukan, trade centre, apartemen, sampai mal. Skalanya makin besar dan menyebar tidak hanya di Jabodetabek, tapi juga Bandung, Balikpapan dan Manado (lihat “Proyek-proyek Yan Mogi”).

Orang pun bertanya-tanya, siapa Yan Mogi? Bagaimana ia memulai bisnis? Bagaimana bisnisnya bisa bersinar justru setelah krisis? Bukankah selama ini bisnisnya kalem saja, tak ada yang gegap gempita? Sebagian kalangan pun lalu mengait-ngaitkan ekspansi bisnisnya dengan posisinya sebagai ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estate Indonesia (DPP REI) 2001 – 2004.

Ia dituding memanfaatkan posisi itu untuk kepentingan bisnisnya. Tudingan itu semakin mengental setelah ia  berminat menduduki jabatan itu untuk kedua kalinya melalui Munas REI awal Desember ini meskipun anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART) organisasi itu tidak memungkinkannya. Tapi, betulkah demikian?

Berbisnis sejak dini

Yan Mogi yang lahir di Manado, 26 Oktober 1957, sudah mengenal bisnis sejak kecil. Ia lahir dari keluarga pedagang. Sejak SMP ia sudah membantu orang tuanya berdagang. Pagi menjaga gudang, sore ikut mobil kanvas menjajakan barang bersama salesman. Itu dilakoninya hingga lulus SMA Don Bosco (Manado). Tadinya ia mau melanjutkan sekolah ke Amerika (AS). Bidangnya berkaitan dengan bangunan.

“Sejak kecil saya sudah tertarik dengan ilmu yang berkaitan dengan bangunan,” katanya. Tapi, ayahnya Karel Mogi, melarang. Ia minta Yan Mogi kuliah di Jakarta saja, supaya tetap bisa membantu bisnis orang tuanya. Sebagai bekal orang tuanya memberinya rumah di perumahan Green Garden, Jakarta Barat.

Walhasil, ia pun masuk Fakultas Teknik Sipil Universitas Trisaksi, setelah gagal diterima di ITB dan Universitas Katolik Parahyangan (keduanya di Bandung). Seperti harapan ayahnya, sembari kuliah ia membantu bisnis keluarga, membeli barang dagangan di Gang Ribal di kawasan Kota, Jakarta, kemudian dikirim ke Manado. Keluarganya berdagang makanan dan minuman dalam kemasan yang dikenal dengan istilah P & D.

Kegiatan membantu orang tua itu sama sekali tak menganggu kuliahnya. Ia mampu menyelesaikan seluruh mata kuliahnya dalam empat tahun. Yang lama justru skripsinya karena ada sedikit masalah dengan dosen pembimbingnya. Akibat urusan skrispi yang bertele-tele itu, kuliah di Trisakti baru dirampungkannya dalam enam tahun. Bahkan, ia sempat menikah sembari menunggu skripsinya disetujui.

Setelah tamat kuliah (1984), Sinar Mas Group (SMG) mengajaknya bergabung, bersamaan dengan rencana konglomerasi usaha milik taipan Eka Tjipta Wijaya itu menggarap bisnis real estate. Keluarga Eka sudah lama mengenal Karel Mogi, karena sebelumnya Eka juga berbisnis kopra di Manado. Salah satu adik Yan Mogi, Lucy, menikah dengan salah satu putra Eka, Mukhtar Wijaya.

Sumber: Majalah HousingEstate

Dapatkan Majalah HousingEstate di toko buku atau agen terdekat.
atau
Unduh versi digitalnya WayangForce, Scoop & Scanie.

Laman: 1 2 3 4