FX Teguh Kinarto, Akan Masuk ke Seluruh Pasar Properti

Sosial
Di luar bisnis ia juga aktif di bidang sosial. Baginya, dalam hidup prestasi dan uang saja tidak cukup. “Dalam agama orang hidup harus punya arti bagi orang lain agar hidup punya nilai. Dalam Islam dikenal zakat, dalam agama saya ada yang namanya saluran berkat. Jika rejeki hanya untuk diri sendiri, saya sudah bisa pensiun sejak 1993,” kata Teguh. Kegiatan sosialnya sekarang antara lain Ketua Umum Life & Business Club, Ketua Umum Paguyuban Tulang Rusuk Surabaya, dan Ketua Yayasan Universitas Harapan Bangsa.
Mengaku Dibesarkan Birokrat
Sebelum menjadi developer Teguh adalah pedagang tekstil di Jl Pasar Besar No 87 Malang. Nama Podo Joyo Masyhur yang sudah menggurita sekarang diambil dari nama toko itu. Mulanya ia menjadi pemasok pakaian seragam koperasi Batalyon 512 yang bermarkas di Kota Malang, dan seluruh koperasi Kodim di wilayah Korem Malang. Dari situ ia kenal Basofi Sudirman. “Saya berteman dengan Pak Basofi sejak 1973 ketika beliau menjadi Danyon 512,” katanya.
Ketika menjadi Asisten Teritorial Kodam V Brawijaya, Basofi pernah bilang kepadanya, “Guh, sekarang pangan dan sandang kan sudah mencukupi. Coba you masuk ke usaha papan. Saya akan dukung kamu. Saya akan ajak kamu ke Pak Rudini karena prajurit perlu banyak perumahan.” Saat itu Rudini menjabat KSAD.
Teguh pun mengikuti saran Basofi. Ia pelan-pelan mengalihkan usahanya dari tekstil ke properti dengan mengembangkan lahan mulai dari dua hektar. Proyek pertamanya adalah perumahan sederhana di Desa Curah Gunting, Kecamatan Kota, Kota Probolinggo, disusul proyek kedua di Desa Tembok Rejo, Kecamatan Kota, Kota Pasuruan. Jadi, satu tahun pertama ia langsung mengembangkan dua proyek.
“Pada 1983 ketika Pak Basofi jadi Danrem 083 di Malang yang membawahi Kodim di wilayah Malang, Pasuruan, Lumajang, Jember, Bondowoso, Banyuwangi, Situbondo dan Sumenep (waktu itu Madura masuk wilayah Korem 083), ia menyarankan saya menggarap seluruh perumahan prajurit,” ungkapnya. Walhasil, pada 1986 Teguh sudah mempunyai proyek di 10 kota dengan luas masing-masing antara 5–15 ha.
Perumahan-perumahan itu tidak hanya dijual kepada prajurit tapi juga umum. Sejak itu ia tercatat sebagai developer perumahan sederhana terbanyak di Jawa Timur. Jika developer lain setahun baru mampu membangun 100 – 200 rumah, pria kelahiran Surabaya ini bisa 1.000 unit. Dengan prestasi itu ia dipercaya menjadi Koordinator Wilayah (Korwil) REI Malang 1990-1993 yang 70 persen anggotanya pengembang perumahan sederhana.
Hingga 1992 PT Podo Joyo berkantor pusat di Kota Malang, dan baru pindah ke Surabaya setahun berikutnya, ketika Basofi menjadi Gubernur Jawa Timur (1993-1998). Dukungan Basofi pun terus berlanjut. “Sudah Guh, setiap kota di Jawa Timur kalau bicara soal rumah sederhana saya akan back up kamu,” kata Teguh menirukan ucapan mantan orang nomor satu Jawa Timur itu. Bentuk back up yang diberikan antara lain jaminan kemudahan perijinan dan bantuan IMB gratis. “Kalau tidak oleh birokrat, (mungkin saya) tidak akan sebesar sekarang. Selain itu saya juga harus mau bekerja keras,” katanya berterus terang.
Dalam komentarnya di buku biografi “Rudini, Komentar Keluarga dan Sahabat”, Basofi juga menceritakan Teguh sebagai pengusaha binaannya. “Salah satu program beliau (Rudini) adalah membangun perumahan prajurit, terutama yang sedang menghadapi masa pensiun tapi belum memiliki rumah sendiri. Kebetulan, saya punya kenalan di Jawa Timur. Itu binaan saya sejak kecil, (pernah menjabat) Ketua Real Estate Jawa Timur, namanya Pak Teguh. Waktu itu saya bilang, Teguh, Pak Rudini ingin para pensiunan tentara punya rumah. Bisa enggak kamu membuat orang punya rumah tapi biayanya menyicil tanpa pakai uang muka? Awalnya kenalan saya itu bilang tidak bisa. Eh, setelah dihitung ternyata bisa. Sejak itu Pak Rudini mulai menerapkan percontohan perumahan tanpa uang muka di Jawa Timur”. Joko Yuwono, Samsul Arifin Nasution, B Gugup Raharjo