50 Persen Pengembangan Jembatan Selat Sunda Untuk Lingkungan

Inisiator pembangunan Jembatan Selat Sunda PT Graha Banten Lampung Sejahtera (GBLS) mengklaim pengembangan proyek infrastruktur tersebut telah memperhatikan unsur pembangunan terpadu, termasuk unsur ramah lingkungan dengan menyediakan 50 persen lahan untuk pembangunan kawasan hijau.
“Proyek ini berangkat dari unsur pembangunan terpadu. Salah satunya dengan penyediaan 50 persen luas untuk pengembangan kawasan hijau,” kata Direktur Utama PT GBLS Agung Rin Prabowo di “Indonesia Green Infrastructure Summit 2014”, Jakarta, Selasa.
Menurut Agung dalam paparannya di sesi diskusi “Kesiapan Jaringan Infrastruktur dan Transportasi Hijau Indonesia”, pengembangan untuk kawasan hijau pada jembatan yang menjadi konektor Jawa dan Sumatera, sebagai penyumbang PDB tebesar itu juga akan mengaplikasikan program pemeliharaan dan konservasi sumber daya air.
Kemudian, selain sumber daya air, pengembangan jembatan di rencana kawasan strategis dan infrastruktur selat sunda (KISS) itu, kata Agung, akan termasuk dengan pemeliharaan dan peningkatan keanekragaman hayati.
Sedangkan, bahan-bahan material dalam pengembangan kawasan tersebut, lanjut dia, juga berkategori ramah lingkungan.
“Selain itu dalam pengembangan , terdapat juga program efisiensi energi, dan peningkatan ‘renewable energy’ (energi terbarukan),” katanya.
Ia mengklaim pengembangan kawasan tersebut, selain sudah memperhatikan unsur ramah lingkungan, juga telah mengkaji dampak sosial dan, terutama ekonomi.
Di bidang ekonomi, realisasi jembatan sepanjang 29 kilometer itu, kata dia, akan meningkatkan efisiensi mobilitas, pergerakan barang dan jasa.
Selain itu, kata Agung, Selat Sunda, akan menjadi jalur akses yang lambat laun dapat menggantikan peran signifikan dari Selat Malaka bagi akses perdagangan internasional.
“Selat Malaka sudah padat dan semakin dangkal. Pelayaran internasional di Selat Sunda akan meningkat pesat,” ujarnya.
Pengembangan JSS ini juga, kata dia, untuk dapat memanfaatkan potensi peningkatan produktivitas masyarakat Indonesia, karena perekonomian nasional akan menikmati keuntungan dari melimpahnya bonus demografi.
“Bonus demografi juga hal yang luar biasa. Jika tidak diatur dengan baik, itu akan menjadi hal yang tidak baik. Salah satunya, mengenai penyerapan tenaga kerja,” ujar dia.
Oleh karena itu, Agung mengatakan pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang masih terkendala pelakasanannya, sebaiknya segera direalisasikan.
“Dari estimasi perkiraan dana 10 miliar dolar AS, untuk konstruksinya saja. Mengingat pentingnya jembatan ini, kita cari terobosan untuk proyek ini supaya laik,” ujarnya. Ant.