Hong Kong: Going Underground

Kekurangan lahan bukan cuma problem di Jakarta, Hong Kong mengalami hal sama. Jika kekurangan lahan di Jakarta terkait dengan perumahan, di Hong Kong lebih untuk ruang komersial, terutama ruang belanja. Maklum kota ini sudah tenar sebagai surga belanja para pelancong dari banyak negara di Asia, terutama bagi warga China daratan, yang jumlahnya terus meningkat sepanjang tahun.
Menurut data dari Sekretariat Komersial dan Pembangunan Ekonomi Hong Kong, jumlah pelancong ini akan tumbuh 30%, menjadi sebanyak 70 juta pada tahun 2017 dan mencapai 100 juta pada tahun 2023. Kurangnya ruang ritel itu sampai-sampai sebuah gedung kantor di Harbour City, Tsim Sha Tsui diubah menjadi ruang ritel.
Menilai bahwa mengubah taman dan melakukan reklamasi bukan cara yang tepat, daerah otonomi khusus di negara Republik Rakyat China ini melirik ruang bawah tanah untuk menambah lahan pengembangannya. Adalah ruang bawah tanah di kawasan Tsim Sha Tsui West, Causeway Bay, Happy Valley and Admiralty/Wan Chai yang akan diincar. Menurut Chief Executive Hong Kong Leung Chun-ying, seperti dikutip dari koran setempat, ruang bawah tanah yang akan digarap itu seluas total 70 ha.
Keempat kawasan itu sendiri adalah kawasan premium Hong Kong. Kawasan Tsim Sha Tsui West, yang dibatasi oleh Nathan Road, Canton Road, Salisbury Road dan Jordan Road, akan menjadi daerah pertama yang distudi, dan studi ini direncanakan baru selesai awal 2017. Studi untuk keempat kawasan itu diperkirakan akan menelan biaya sebesar HK$60 juta.
Ruang ritel bawah tanah itu, pada studi awal, akan didesain sesuai dengan pola dan kultur belanja penduduk setempat dan turis. Misalnya, gerai-gerai di tepi jalan di bawah tanah akan dipakai untuk menjajakan kebutuhan harian, sementara ruang ritel lainnya untuk para desainer lokal.
Tidak hanya berisi ruang ritel, area bawah tanah itu, selain akan terintegrasi dengan jalur kereta bawah tanah yang sudah ada juga akan dilengkapi dengan jalur pedestrian, lapangan olah raga bahkan columbarium alias ruang simpan abu jenasah, sesuai adat setempat.
Didahulukannya kawasan Tsim Sha Tsui West, karena menurut para analis lokal, kawasan ini adalah yang paling potensial untuk digarap sebagai ruang ritel bawah tanah. Terutama untuk menarik pelancong dari Guangzhou-Shenzhen yang menggunakan Hong Kong Express Rail Link. Apalagi jika area itu terkoneksi dengan pusat belanja grade A di Harbour City.
Pembangunan ruang ritel di bawah tanah sebenarnya bukan hal baru bagi Hong Kong. Menurut catatan Edward Yiu Chung, analis properti kawakan Hong Kong, pemerintahnya sudah pernah membangun ruang bawah tanah di Tsim Sha Tsui yang kini sudah dijual kepada New World Development (sebelumnya disewa oleh Sogo Department Store). Ayu
Dari berbagai sumber