Panel Surya Sebagai Listrik Cadangan

Listrik tenaga surya masih mahal karena tidak mendapat subsidi seperti listrik konvensional.
Selama ini listrik kita disuplai pembangkit berbahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara). Padahal, bersamaan dengan peningkatan kebutuhan energi akibat pertumbuhan jumlah dan aktivitas penduduk, stok bahan bakar fosil berkurang dan tidak dapat diperbaharui. Buntutnya suplai listrik akan menurun dan harganya terus naik. Listrik dengan bahan bakar fosil juga meningkatkan emisi gas karbon yang berdampak buruk terhadap kehidupan di bumi.
Karena itu selain berhemat menggunakan listrik konvensional, suplai listrik alternatif perlu dicari. Salah satunya listrik tenaga surya (photovoltaic). Listrik ini ramah lingkungan karena tidak menambah emisi gas karbon dan suplainya berlimpah. Beberapa perumahan sudah menjadikan panel surya sebagai sumber listrik alternatif.
Investasinya memang masih mahal. Tapi, untuk tahap awal kita bisa memakainya sebagai cadangan listrik PLN. Paling tidak untuk penerangan dan menyalakan piranti elektronik seperti kulkas dan AC bila listrik PLN mati. Banyak perusahaan sudah mengemas panel listrik tenaga surya dalam paket produk untuk rumah tangga.
Jenis panel
Sesuai namanya photovoltaic mengandalkan intensitas matahari sebagai sumber energi dan mengubahnya menjadi listrik. Photovoltaic bersifat semi konduktor berupa susunan sel dari kristal batu silikon dan indium selenide. Menurut Kholid Akhmad dari Divisi Energi Terbarukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), sel surya berukuran 10 x 10 cm dan menghasilkan listrik sekitar 3 ampere (A) dan 0,5 volt. Agar bisa memproduksi listrik yang besar, setiap sel dihubungkan secara serial sehingga didapat panel yang terdiri dari puluhan sel untuk menyerap gelombang energi foton dari matahari secara maksimal.
“Energi cahaya yang menerpa permukaan sel surya yang melebihi 1,1 energi volt (EV) akan dikonversikan menjadi listrik,” jelasnya. Ada tiga jenis panel surya: monocrystalline, polycrystalline, dan armophous. Perbedaan ketiganya terletak pada proses pembuatan dan jumlah sel kristal dari batu silikonnya. Jenis monocrystalline (monokristal) mengambil lapisan atas dari batu silikon sebagai sel. Panel jenis ini paling efisien karena mampu menangkap cahaya dan menghasilkan listrik paling tinggi. Efisiensi konversinya 17 – 20 persen tapi akan turun bila cuaca berawan dan gelap.
Sedangkan polycrystalline (polykristal) mengambil lapisan kedua dari batu silikon dengan susunan kristal acak sebagai sel. Permukaan panelnya lebih besar dan bisa menghasilkan listrik pada saat mendung. Sementara armorphous dibentuk dari serbuk-serbuk batu silikon. Jenis ini lebih efektif diaplikasikan di pegunungan dan lokasi dengan curah hujan tinggi. Yang banyak beredar di pasaran jenis polykristal karena efisiensinya tidak jauh berbeda dengan monokristal, sekitar 12 – 15 persen, dan bisa memproduksi listrik pada cuaca mendung.
Solar home system
Di Indonesia panel surya sudah lama diterapkan pada industri dan daerah-daerah yang terlalu mahal bila harus dialiri listrik PLN. Seiring suplai listrik yang kian terbatas dan meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan, panel surya mulai banyak dipakai di rumah tinggal di perkotaan.
“Kaum urban dan berpendidikan sadar listrik (konvensional) makin sulit diandalkan. (Paling tidak) listrik tenaga surya menjadi cadangan karena listrik di rumah sering byar pet,” kata Rudi Wahyudi, Komisaris Utama PT Genius International, perusahaan yang sudah 25 tahun memasarkan panel listrik tenaga surya merek Petromart dan sekarang merambah pasar ritel.
Petromart memiliki ketiga jenis panel surya itu. Menurutnya, meski lebih mahal, panel monokristal lebih transparan sehingga saat terpasang bisa mengalirkan cahaya alami ke dalam rumah pada siang hari. Sementara Sharp Photovoltaic yang hadir di Indonesia sejak tahun 2001 menawarkan jenis polykristal. Meski konsentrasi pasarnya ke proyek besar, Sharp Photovoltaic melayani pasar ritel tanpa batasan pesanan.
Selain panel sebagai unit utama, photovoltaic ditunjang modul pendukung berupa unit pengontrol (regulator/controller) untuk mengatur pengisian dan pemakaian listrik, baterai/aki untuk menyimpan listrik, dan inverter untuk mengubah arus DC (direct current) menjadi AC (alternating current). Semuanya saling terhubung. Inilah yang disebut solar home system. Jumlah pengontrol dan aki tergantung daya listrik panel. Ukurannya watt-peak (Wp). Makin besar daya, kian banyak unit pengontrol dan akinya.
Petromart memasarkan panel surya berkapasitas 80 – 500 Wp. Modul 500 Wp misalnya, bisa menyuplai kebutuhan listrik untuk lampu 30 watt, kipas angin 30 watt, TV 80 watt dan kulkas 180 watt. Sedangkan Sharp menawarkan panel 60 Wp, 80 Wp, dan 130 Wp. Amalia M Roozanty