Pemkab Kulon Progo Buat RDTR Percepat Investasi

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, secara bertahap akan membuat rencana detil tata ruang berbasis potensi secara bertahap untuk mempercepat pertumbuhan investasi di wilayah itu.
“Kulon Progo memang belum memiliki rencana detail tata ruang (RDTR). Saat ini, baru ada Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Sebenarnya, peta potensi sudah ada, hanya tinggal menuangkan dalam RDTR secara bertahap,” kata Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo, Selasa.
Ia menjelaskan potensi-potensi yang ada di Kulon Progo, seperti batu andesit, batu gamping, pasir besi, kawasan budi daya ikan, objek wisata dan penataan kawasan industri. Semua potensi ini sudah ada dalam Perda RTRW.
“Kami masih menyusun RDTR kawasan bandara yang belum selesai karena masalah Jogja Magasa Iron dan Angkasa Pura soal batas-batas lahan supaya tidak keluar dengan yang sudah ada,” kata Hasto.
Menurut dia menyusun RDTR membutuhkan waktu lama dan kehati-hatian supaya tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
“Kami sangat butuh RDTR. Setelah RDTR kawasan bandara, kami akan segera menyusun RDTR kawasan industri, dan RDTR kawasan objek wisata, serta konsep-konsep lain untuk mempercepat pertumbuhan investasi,” katanya.
Pengamat otonomi daerah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ane Permatasari mengatakan mekanisme mengurus izin investasi di Kulon Progo sangat mudah dibandingkan kabupaten/kota lain di DIY, tapi investor lebih memilih investasi di luar wilayah itu.
“Kemudahan administrasi dan perizinan di Kulon Progo tidak dibarengi penataan kawasan atau ruang yang jelas. Hal ini akan mempermudah calon investor menentukan investasi yang akan dilakukan,” kata Ane.
Dia mengatakan Pemkab Kulon Progo seharusnya memiliki pengelompokan wilayah berdasarkan potensi daerah. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkab Kulon Progo untuk menyambut pertumbuhan ekonomi di kabupaten yang digadang-gadang sebagai pusat pertumbuhan ekonomi DIY di masa mendatang itu.
“Pengelompokan wilayah berdasarkan potensi sudah dilakukan secara baik oleh Pemkab Sleman. Sehingga pertumbuhan investasi di wilayah itu berkembang pesat. Berbeda dengan di Kulon Progo, ada kesan investor enggan berinvestasi di wilayah itu. Seperti halnya rencana pembangunan bandara yang terus menjadi konflik,” kata Ane. Ant