HousingEstate, Jakarta - Pemerintah Kota Malang, Jawa Timur, dalam waktu dekat ini segera membuat satu juta biopori (lubang resapan) untuk mengatasi banjir dan genangan air di kota itu ketika musim hujan.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang Wasto, Jumat, mengatakan tahun ini pihaknya akan membuat satu juta biopori di sejumlah titik, khususnya di wilayah yang sering terjadi banjir dan genangan air.
“Pembuatan biopori ini berfungsi untuk meningkatkan daya resap air pada tanah. Kami memilih membuat lubang resapan karena pembuatannya lebih mudah dan tidak membutuhkan lahan yang luas, bahkan tidak tidak mengganggu fasilitas umum,” katanya.
Teknis pembuatannya, kata Wasto, hanya dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik. Pada saat musim kemarau sampah yang tertampung di dalam lubang resapan itu bisa dimanfaatkan sebagai kompos.
Komponen untuk membuat lubang biopori itu, lanjutnya, hanya dibutuhkan pipa paralon ukuran besar yang dipotong dengan panjang satu meter, kemudian dibuat lubang yang dalamnya sepanjang pipa paralon.
Pipa ditanam ke tanah dengan posisi berdiri yang akan menampung air di permukaan tanah dan meresapkan ke dalam tanah, bahkan luas penampangnya tidak lebih dari 15 sentimeter.
Selain mudah, ujarnya, biaya pembuatan lubang resapan juga lebih murah jika dibandingkan membangun sumur resapan, yakni hanya sekitar Rp50.000 untuk satu lubang. Saat ini, sudah ada lubang resapan biopori di 57 kelurahan yang ada di Kota Malang, namun jumlah lubang resapan biopori yang ada di kelurahan tersebut belum cukup.
Menurut dia, rata-rata tiap kelurahan hanya memiliki 100-200 unit biopori, sehingga masih membutuhkan biopori lebih banyak dan tahun ini ditargetkan bisa membuat satu juta biopori.
Jika DKP akan membuat satu juta biopori, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Pengawasan Bangunan (DPUPPB) juga tidak mau kalah. DPUPPB akan membangun sumur resapan untuk mengatasi banjir dan genangan air di hampir seluruh wilayah kota ketika hujan lebat.
Kepala DPUPPB Dr Jarot Edy Sulistyono mengaku meski pembangunan sumur resapan itu sudah dimulai, pihaknya belum tahu berapa jumlah dan titik mana saja yang bakal dibangun sumur resapan.”Saat ini kami masih membuat satu sumur resapan yang berlokasi di kawasan perkantoran DPUPPB,” ujarnya.
Sebelumnya Dekan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Prof Dr Muhammad Bisri mengemukakan wilayah Kota Malang mulai membutuhkan sumur “injeksi” yang jumlahnya mencapai ribuan untuk mengembalikan keberadaan air bawah tanah yang sudah terkuras untuk berbagai kebutuhan.
Sumur injeksi tersebut bisa digali sekitar 50-100 meter dari sumur sebenarnya dengan tujuan untuk menampung limbah air dan diolah sedemikian rupa, sehingga ketika dibutuhkan bisa menjadi pengganti air sumur bawah tanah (ABT).
Sebab semakin banyak ABT yang dikuras untuk berbagai kebutuhan manusia, terutama untuk industri hotel maupun perusahaan besar lainnya, seharusnya semakin banyak pula sumur injeksi yang dibuat.
Menurut dia sumur injeksi yang difungsikan untuk menampung air limbah dan air hujan itu ukurannya berbeda dengan sumur resapan yang sudah mulai dibangun di sejumlah titik taman kota di daerah itu.
“Kalau sumur resapan ukuran kedalamannya hanya sekitar 5 sampai 6 meter dengan lebar atau diameter satu meter, sumur injeksi lebih dalam, yakni minimal berkedalaman 20-25 meter dengan diameter sekitar 6 meter,” katanya.
Hingga saat ini, lanjutnya, di Kota Malang hanya ada sekitar 30 sumur injeksi dan salah satunya berada di kawasan Masjid Jami’ Alun-alun Kota Malang. Bahkan, hotel-hotel di Kota Malang yang jumlahnya puluhan itu juga tak satu pun yang memiliki sumur injeksi. Ant