HousingEstate, Jakarta - Kelanjutan pembangunan proyek monorel yang tertunda sekian lama semakin tidak jelas. Di tengah jeda dua bulan yang diberikan kepada PT Jakarta Monorail (JM) untuk melengkapi berkas yang disyaratkan, Pemprov DKI semakin serius menyiapkan proyek transportasi  light rapit transit (LRT).

“Monorel mau lanjut atau batal kita tetap akan membangun LRT, kalau nggak, sampai kapan pun Jakarta nggak akan punya transportasi masal,” ujar Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama (Ahok) kepada wartawan di Balaikota, Selasa (10/6).

Untuk merealisasikan LRT di Jakarta, Pemprov DKI akan melelang hak udara seluas 200 ribu m2 kepada pihak swasta dan pemilik gedung yang terkena jalur LRT. Cara ini  ditempuh untuk mengurangi biaya pembangunan proyek sehingga tidak menguras APBD. Menurut Ahok, pembangunan LRT  lebih cepat karena menggunakan konstruksi baja, selain maintenance-nya lebih murah.  Karena efisien LRT banyak diterapkan di negara maju. “Intinya, jadi atau tidak jadi monorel, proyek ini tetap kita bangun karena monorel saja belum bisa menyelesaikan masalah macet Jakarta,” tegasnya.

Selain itu untuk menanggulangi kemacetan di Jakarta dalam waktu dekat Pemprov akan menerapkan pembatasan lalu lintas berbayar atau electronic road pricing (ERP). Untuk satu rute akan dibangun 38 pintu gerbang (gate) di sepanjang Jl Jend Sudirman, Jl M.H. Thamrin,  Jl Medan Merdeka Barat, hingga Jakarta Kota, demikian juga arah sebaliknya. Sebanyak 18 gate akan dibangun di Jl Sudirman menuju Jakarta Kota, dan 20 gate di ruas sebaliknya.

Menurut Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Muhammad Akbar, banyaknya gate itu bertujuan agar tidak ada kendaraan yang bisa lolos. “Misalnya di Jl Sudirman ada yang masuk ke kantor Kementerian Pendidikan atau Hotel Sultan, keluar dari situ mereka tetap harus bayar,” katanya.

Tarifnya diberlakukan fluktuatif disesuaikan kepadatan lalu lintas di jalur itu. Jika kendaraan bisa melaju dengan kecepatan 50 km/jam, artinya jalannya longgar maka otomatis tarif akan turun. Sebaliknya bila lebih lambat tarif akan naik sekitar Rp2.000. Rencananya tarifnya sekitar Rp20 – 40 ribu untuk sekali melintas. Setelah koridor ini akan menyusul koridor Kuningan-Ragunan. Yudis