Perlu upaya berkesinambungan dan kepedulian yang tinggi dari penghuni untuk menyelaraskan rumah dengan lingkungan.

HousingEstate, Jakarta - Bagi pasangan suami istri Andreas Krisbayu dan Irene Noviasari, inti mewujudkan rumah yang ramah lingkungan adalah upaya sungguh-sungguh dari pemilik rumah. Pengalaman Andreas tinggal di sebuah perumahan milik perusahaan minyak multinasional membuktikan, bahwa sistem pengelolaan kawasan yang bagus sekali pun, kalau warganya tidak peduli, upaya mewujudkan rumah hijau itu akan berantakan.

“Di sana istilahnya kalau ada kecoa lewat saja kita bisa telpon petugas datang untuk mengusirnya. Tapi, itu tidak menjamin kesinambungan lingkungan tertata baik. Yang terpenting tetap effort dari penghuni,“ kata pria yang berkantor di kawasan Slipi, Jakarta Barat, itu.

Usaha Andreas dan istri mengelola rumahnya terbukti mendapat apresiasi yang memuaskan. Dua tahun berturutturut (2010 dan 2011) rumahnya berhasil memenangi Lomba My Green Home Sweet Home yang diadakan PT Jaya Real Property (JRP) Tbk, pengembang perumahan Bintaro Jaya (2.350 ha), Pondok Aren-Tangerang Selatan (Banten), tempat mereka tinggal saat ini.

Kriteria penjurian, rumah yang asri dengan penghijauan, sehat, dan hemat energi. Tim juri selain dari JRP, juga perwakilan dari Dinas Pertamanan, Kementerian Lingkungan Hidup, dan PLN.

Taman edukasi

Andreas dan Novi membeli rumah satu lantai di Althia Park, Bintaro Jaya sektor IX, dengan luas kaveling standar (110 m), ditambah kavling hoek di sebelahnya seluas 150 m2, pada tahun 2008. Berawal dari kunjungan ke Taman Buah Mekarsari, Bogor,lahan 150 m2 itu sengaja dialokasikannya untuk taman edukasi (education garden). Di dalamnya ia menanam 11 jenis pohon buah varietas unggul, seperti belimbing dewa, matoa, jambu citra, mangga falan, mangga laziz djidan, jambu getas merah, srikaya new varietas, jeruk bali, jambu klutuk merah, lengkeng, diamond river dan delima hitam.

Ikhtiar Mewujudkan Green Home 4

Ada juga TOGA atau tanaman obatobatan keluarga dan tanaman bumbu dapur seperti kunyit, kencur, jahe putih, jahe merah, laos, sereh, pohon katuk, sirih, cabe, lidah buaya, bawang merah. Untuk mengetahui perkembangan tanaman sekaligus bahan edukasi, seluruh pohon diberi label sejarah, spesifikasi, nama latin, tanggal tanam, dan lain-lain yang dibuat penghuni. Proses pembibitan dan inspeksinya juga tercatat dan terkontrol dengan label dari Departemen Pertanian.

Andreas dan Novi tak punya latar belakang pertamanan, semuanya dipelajari dari buku dan internet. “Selebihnya praktik pakai feeling saja,” ujar Novi. Satu tahun pertama pengolahan kebun buah diakuinya cukup berat. Setelah dua tahun baru mulai panen belimbing dewa sepanjang 12 cm, srikaya berukuran 10 x 12 cm, jambu getas merah yang tak pernah berhenti berbuah.

Perawatan dilakukan secara teratur dengan pemupukan organik yang dibuatnya sendiri. Selanjutnya perkembangan pohon buah akan dijaga tidak lebih dari 5 m supaya tidak rimbun dan menutupi rumput di bawahnya.

Saung bambu dan kolam ikan

Di dalam area kebun dibuat saung bambu seluas 2 x 2,3 m2 dari bambu wulung. Itu menjadi tempat favorit keluarga bersantai dan anak-anak tetangga bermain. Di bagian bawah dibuatkan kolam ikan 2 x 3 x 0,6 m3 berisi ikan-ikan produktif seperti nila merah dan hitam.

Setiap 3-4 bulan ikan bisa dipanen untuk memenuhi kebutuhan protein rumah dan dibagikan kepada tetangga. Kolam ikan diberi sistem penyaringan berupa batu dan karang untuk saringan kasar, ijuk-koral dan busa untuk saringan halus, serta ruang untuk pompa.

 

Sumber : Majalah Housing Estate

Dapatkan Majalah HousingEstate di toko buku atau agen terdekat. (Lihat: Daftar Retailer)

atau

Unduh versi digitalnya WayangForce, Scoop & Scanie.