HousingEstate, Jakarta - Pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia berjalan lamban. Padahal jaringan jalan diperlukan untuk mendorong kegiatan perekonomian, distribusi barang dan jasa, serta konektifitas antarwilayah. Dibanding negara tetangga Malaysia, Indonesia masih tertinggal.
“Untuk menempuh perjalan sepanjang 100 km di Indonesia dibutuhkan waktu lebih dari dua jam, sementara di Malaysia bisa lebih cepat,” ujar Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak dalam seminar master plan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) di Jakarta, Kamis (4/9).
Hermanto juga mengatakan dalam tata ruang kita perbandingan antara panjang jalan dengan luas wilayah tidak proporsional. Karena itu rasio jalan di Indonesia kecil. Ini menjadi tantangan besar Kementrian PU untuk mengatasi hal ini dan mewujudkan konektivitas wilayah. Ia mengakui banyak terjadi kesalahan tata ruang yang membuat pembangunan infrastruktur kalah bersaing dengan negara tetangga. Saat ini, terang Hermanto, kita sudah punya konsep tata ruang megapolitan yang harus dipatuhi dan dijadikan pedoman pembangunan ke depan.
Untuk mempercepat pembangunan infrastruktur dibutuhkan dukungan dana yang kuat. Selain itu pemerintah harus memberikan perhatian lebih besar terutama dari sisi perencanaan. Menteri Perhubungan E.E. Mangindaan pada kesempatan itu menyatakan kesiapan pihaknya untuk bekerja sama dengan Kementerian PU untuk mewujudkan konektivitas wilayah Indonesia. “Kementerian PU yang membangun jalan dan tolnya, kami berupaya untuk jemput bola sehingga bisa terbentuk pusat-pusat pertumbuhan,” katanya.
Selain soal jalan Kementerian PU juga menambah jumlaah dan kapasitas waduk. Saat ini sudah terbangun 200 waduk dengan kapasitas 15 milyar meter kubik. Hingga tahun 2017 kapasitasnya akan bertambah lagi sebanyak 2,3 milyar meter kubik. Yudis