HousingEstate, Jakarta - Karya desain kolaborasi dua arsitek, Norman Foster asal Inggris dan Fernando Romero dari Meksiko, terpilih sebagai rancangan bandara baru Mexico City. Bandara anyar ini berkapasitas 120 juta orang/tahun, empat kali kapasitas bandara lama. Untuk pengembangan bandara ini pemerintah menggelontorkan dana 9,2 miliar dolar AS, lebih dari Rp108 triliun.

Sekretaris Menteri Komunikasi dan Transportasi Meksiko, Gerardo Ruiz, mengatakan, rancangan kedua arsitek itu dipilih karena pemerintah tidak perlu membebaskan tanahlagi. Ini berbeda denganproposal terakhir yang kontroversial.

Foster tenar sebagai perancang bandara kelas dunia, karya besarnya antara lain bandara Hong Kong dan Terminal 3 Bandara Beijing. Sementara Romero dikenal sebagai menantu konglomerat Carlos Slim, yang menguasai bisnis telekomunikasi di negara tetangga Amerika Serikat itu.

Bandara baru ibukota Mexico itu mencakup area seluas 4.600 ha di bekas danau yang sudah mengering. Lokasinya sekitar 10 km dari bandara lama. Pembangunan bandara yang dilengkapi enam landas pacu ini diperkirakan akan rampung hingga 50 tahun mendatang. Pembangunannya akan dimulai tahun depan. Bandara lama yang hanya menampung 32 juta penumpang per tahun kelak akan diubah menjadi kawasan pendidikan dan rekreasi.

“Bandara baru itu akan menjadi sebuah proyek megah yang akan menjadi simbol modernitas Meksiko,” kata Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto. Pena mengharapkan tiga landas pacu harus sudab siap beroperasi sebelum tahun 2020 dan saat itu bisa menampung 52 juta penumpang per tahun. Diharapkan bandara baru ini akan menjadi Bandar udara utama di wilayah Amerika Latin.

Bentuknya menyerupai huruf X yang sangat besar dengan desain terminal terlihat ringan, airy dan atapnya menyerupai bentuk membran tipis. Bandara akan memiliki halls berukuran sangat lapang yang bisa digunakan untuk pameran karya seni.

Romero, perancang Museum Soumaya milik Carlos Slim, menjelaskan, bandara ini didesain untuk menghormati lambang di bendera negaranya. Yaitu elang yang sedang menerkam seekor ulardi puncak tanaman kaktus. Slim mengacu pada Tenochtitlan, sebuah kota dari masa pra-Columbusyang menjadi cikal bakal ibukotanegara ini. Untuk itu, kelak gerbang bandara akan dihiasi sebuah taman kaktus dan elemen lain sebagai simbolisasi ular dan sayap burung elang.

 

Tapi pembangunan bandara itu juga menuai kritik. Menurut mantan sekretaris menteri lingkungan hidup Jose Luege, lokasi bandara baru itu tidak cocok karena rawan banjir. Namun Ruiz menyangkal dan mengatakan bahwa studi amdal sudah dilakukan. Antisipasinya sudah ada dengan menampung air hujan itu untuk dimanfaatkan di kemudian hari.

Pembangunan bandara baru pernah akan dimulai tahun 2002. Tapi pembebasan lahannya mendapat perlawanan keras dari petani-petani dari kota San Salvador Atenco. Akhirnya rencana itu dibatalkan dan bandara yang sekarang dibangun berada di tanah milik negara. Nta

 

(Sumber: South China Morning Post)