HousingEstate, Jakarta - Jepang terus memperbarui teknologi kereta super cepat yang dioperasikannya. Setelah sukses dengan kereta supercepat Shinkansen sejak 1964, Jepang akan membangun kereta layang bermagnet (maglev) supercepat. Disebut melayang, karena kereta akan terangkat setinggi sekitar 10 cm dari relnya saat berjalan, tapi kekuatan magnet membuatnya tetap pada rel.
Jalur pertama kereta ini akan menghubungkan Tokyo dan Nagoya. Dengan teknologi tersebut, jarak antarkota sejauh 286 km itu bisa ditempuh hanya 40 menit. Dengan Shinkansen, Tokyo-Nagoya ditempuh dalam tempo 88 menit. Pembangunan kereta magnet ini memakan waktu lama. Central Japan Railway yang akan membangun menjadwalkan kereta ini baru bisa beroperasi tahun 2027.
JR Tokai, demikian perusahaan BUMN itu biasa disebut, juga punya rencana untuk menambah jalur ke Osaka. Jalur ke arah barat ini direncanakan rampung sebelum tahun 2045. Jika sudah beroperasi, jarak Tokyo-Nagoya (552 km) bisa ditempuh dalam waktu 67 menit. Hampir setengah waktu tempuh Shinkansen, sekitar 138 menit. Saat ini seluruh biaya masih dihitung, terutama terkait dengan kendala teknologi. Perkiraannya biayanya mencapai 9 triliun Yen atau lebih dari Rp1009 triliun. Khusus untuk jalur Tokyo-Osaka yang biayanya diprediksi 5,5 triliun Yen (Rp616 triliun) akan ditanggung sepenuhnya oleh JR Tokai.

Japan Maglev
Pemerintah Jepang sudah memberikan persetujuan realisasi rencana tersebut, termasuk dari Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata. “Kami sangat perhatian terhadap faktor keamanan dan dampak lingkungan dari proyek ini, terutama bagi masyarakat di daerah yang akan dilalui,” kata Akihiro Ota, Menteri Transportasi.
Jalur kereta ini akan melintasi tujuh prefecture. Pertimbangan itu wajar diberikan, mengingat kecepatan kereta ini bisa mencapai 500 km per jam. Menurut rencana induknya, 86 persen dari jalur Tokyo-Nagoya akan berupa terowongan di kedalaman 40 meter.
(Sumber: South China Morning Post)