HousingEstate, Jakarta - Proyek reklamasi Teluk Jakarta yang sekarang mencuat ke permukaan bersamaan dengan dimulainya pembangunan tanggul laut raksasa (giant sea wall/GSW), ternyata persiapannya sudah berlangsung cukup lama. Menurut Theresia Rustandi, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Development Tbk, salah satu perusahaan yang mendapat hak konsesi reklamasi, kajian proyek ini dilakukan sejak era Gubernur Sutiyoso.

“Kajiannya  sudah lama sekali, kami melakukan feasibility study (FS) dan AMDAL pada zamannya Pak Sutiyoso. Jadi  prosesnya panjang banget,” kata Theresia kepada housing-estate.com, di Jakarta, Kamis (23/10).

Theresia menyebut antara proyek GSW dan reklamasi dua hal yang berbeda. GSW  proyeknya pemerintah, reklamasi proyeknya swasta. Bendungan atau yang disebut GSW berada cukup jauh di luar pulau reklamasi. Di luar proyek GSW, perusahaan swasta pemegang konsensi reklamasi punya kewajiban membangun tanggul sendiri.

Kendati demikian proyek GSW sepanjang 32 km yang pembangunannya diresmikan Menko Perekonomian Chairul Tanjung di akhir masa pemerintahan Presiden Susilo B. Yudhoyono itu  masih mengundang perdebatan di kalangan akademisi. Menurut Ketua Kelompok Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB), Muslim Muin, GSW dinilai sarat dengan kepentingan pengusaha karena keberadaannya untuk melindungi pulau-pulau hasil reklamasi. Seperti diketahui, area reklamasi berada di dalam antara tanggul dengan pantai. Versi pemerintah tanggul itu dibangun untuk mencegah rob sekaligus difungsikan sebagai tol laut.

Muin mengatakan, GSW kurang tepat untuk mengatasi rob yang disebabkan penurunan permukaan tanah (land subsidence) di wilayah pesisir yang membuat permukaan laut menjadi lebih tinggi ketimbang daratan. . “Solusi land subsidence ini cukup menanggul daerah yang mengalami penurunan, bukan menutup seluruh Teluk Jakarta,” terangnya.

Tanggul raksasa itu akan menutup 13 aliran sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Agar tidak membanjiri wilayah sekitarnya air dari 13 sungai itu harus dipompa terus selama 24 jam. Biaya operasionalnya sangat besar. “Padahal bila kita hanya membuat tanggul di daerah land subsidence, air yang dipompa hanya di daerah yang ditanggul itu saja,” katanya.