HousingEstate, Jakarta - Pertumbuhan penumpang kereta api cukup menggembirakan. Kalau beberapa tahun lalu pemakai kereta baru 450 ribu orang, sekarang meningkat menjadi 700 ribu orang per hari. Kendati demikian persentasenya masih rendah dibandingkan dengan penggunaan moda transportasi lain. Menurut Makmur Syaheran, Kepala Komunikasi Perusahaan PT Kereta Api Indonesia (Persero), pergerakan orang di Jabodetabek sekitar 20 juta perjalanan per hari.

“Jadi, yang menggunakan kereta masih relatif kecil. Di Jepang jumlah pergerakan orang yang mengggunakan kereta lebih besar dari jumlah penduduknya sendiri. Dari 10 jutaan penduduk, pergerakan keretanya mencapai 16 juta, artinya orang di sana tidak pakai kendaraan pribadi lagi,” ujar Makmur kepada housing-estate di Jakarta, Rabu (26/11).

Untuk meningkatkan penggunaan kereta, Makmur mengusulkan adanya penataan rute moda transportasi umum lainnya. Angkutan kota (Angkot) diarahkan masuk ke perumahan-perumahan di sekitar rutenya. Ketika masuk jalan raya sifatnya hanya numpang lewat atau melintas untuk menurunkan penumpang yang akan menggunakan kereta.

Makmur mengakui model transportasi pengumpan ini penerapannya bukan perkara mudah. Pasalnya, dari pemberhentian Angkot ke stasiun belum tentu ada kendaraan umum. Demikian juga dari stasiun ke tempat kerjanya. “Ini yang harus dipikirkan bareng-bareng dengan pengelola Transjakarta dan (moda) lainnya, agar semuanya terintegrasi. Jalur pedesterian yang bagus, ada kanopi juga perlu diadakan sehingga orang mau berjalan kaki dari stasiun ke kantornya atau ke busway,” jelasnya.

Untuk memberi kemudahan kepada penumpang KAI juga terus melakukan perbaikan dan inovasi. Tahun 2010 lalu sudah diluncurkan e-transportasi untuk e-ticketing. Ada juga kartu Flash yang dapat digunakan untuk membeli tiket Transjakarta, KRL, parkir, dan sebagainya. “Kita terus berbenah, peningkatan penumpang kereta juga tidak  akan menggaggu pendapatan moda transportasi lain,” tandasnya.