HousingEstate, Jakarta - “Pertumbuhan ekonomi”, kita sering mendengar istilah ini. Penting bagi kita untuk memahami dengan baik. Di samping karena akan berjumpa dengan istilah ini pada banyak kesempatan baik dalam media cetak maupun elektronik, alasan lainnya adalah kita (saya dan Anda semua) merupakan bagian dari perekonomian negara ini. Di ruang yang sempit ini kita akan bersama mengulasnya.
Sebagai awal, saya ajak Anda untuk berkenalan dengan GDP (Gross Domestic Bruto) atau Produk Domestik Bruto. Melalui GDP, nilai aktifitas perekonomian suatu negara selama periode tertentu diringkas dalam suatu jumlah nilai uang. GDP Indonesia tahun 2008 adalah sekitar US$396 miliar, atau dalam rupiah sekitar Rp4.475 triliun. Angka ini dapat dilihat dari dua arah. Pertama, Rp4.475 triliun adalah total pendapatan dari setiap orang dalam perekonomian. Kedua, pada saat yang sama, Rp4.475 triliun adalah total pengeluaran dalam perekonomian (untuk mendapatkan barang dan jasa). Lebih jelasnya sebagai berikut, ketika Anda menjual semangkuk mie seharga Rp15.000, maka bagi Anda Rp15.000 adalah pendapatan, dan pada saat yang sama, bagi si pembeli Rp15.000 adalah pengeluaran. Transaksi ini menyumbangkan nilai Rp15.000 dalam GDP Indonesia.
Atas dasar pemikiran seperti di atas, para ekonom menggunakan GDP sebagai ukuran kinerja perekonomian. Semakin besar GDP, mencerminkan semakin baiknya perekonomian negara tersebut. Dengan GDP yang besar, maka negara tersebut akan semakin mampu memuaskan permintaan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah. Selanjutnya, ketika GDP suatu negara pada tahun tertentu meningkat di banding tahun sebelumnya, maka perekonomian negara tersebut disebut mengalami pertumbuhan positif. Oleh karena itu ketika Ibu Sri Mulyani awal bulan Januari kemarin menjelaskan kepada masyarakat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun 2008 cukup baik yaitu mencapai 6,2%, maka yang dimaksudkan di sini adalah GDP kita tahun 2008 meningkat 6,2% berbanding tahun 2007.
Berikut disampaikan beberapa tips dalam membaca angka GDP untuk menghindari salah intepretasi. Pertama, pastikan apakah angka yang disajikan adalah ‘Nominal GDP’ ataukah ‘Real GDP’. Nominal GDP adalah angka GDP yang belum mempertimbangkan inflasi. Sementara Real GDP telah mempertimbangkan inflasi. Menggunakan nominal GDP sebagai indikator, dapat menghasilkan kesimpulan yang salah. Jika Nominal GDP tumbuh 10%, sementara tingkat inflasi juga 10%, ini berarti banyaknya produk yang dihasilkan oleh perekonomian pada tahun itu sama dengan tahun sebelumnya. Dalam kondisi ini gaji Anda mungkin sebenarnya naik 10%. Tetapi, kenaikan gaji ini tidak menambah kemakmuran karena pada saat yang sama harga barang juga meningkat 10%. Dengan demikian, walaupun gaji Anda meningkat, jumlah barang yang mampu Anda beli tetap.
Kedua, perhatikanlah GDP per kapita, yaitu GDP negara itu dibagi dengan jumlah penduduknya. Sebuah negara yang perekonomiannya tumbuh 5%, sementara pada saat yang sama jumlah penduduknya meningkat 10%, maka GDP per kapita negara tersebut turun. Dengan pertumbuhan ekonomi 5%, negara ini sebenarnya telah menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. Akan tetapi hal ini tidak sepadan dengan pertumbuhan jumlah penduduk 10%, sehingga petumbuhan ekonomi negara tersebut tidak menyebabkan kemakmuran penduduknya membaik.
GDP per kapita juga penting dipertimbangkan ketika kita membandingkan perekonomian negara satu dengan lainnya. Jika diranking*), dari seluruh negara di dunia, GDP Amerika Serikat tahun 2008 menempati nomor urut pertama yaitu sebesar US$13.980 miliar. Sementara GDP Switzerland US$ 431 miliar, menempati urutan 19 (jauh di bawah Amerika Serikat). GDP perkapita Amerika Serikat US$ 46.280, sementara Switzerland US$ 57.040, sedikit lebih tinggi dari Amerika. Walaupun dari data ini kita tidak dapat menyimpulkan bahwa perekonomian Switzerland lebih baik dari Amerika, tetapi kita dapat melihat pentingnya memperhatikan GDP perkapita.
Dalam urutan dunia, GDP Indonesia tahun 2008 berada pada urutan ke 21 yaitu US$ 396 miliar (per kapita US$ 1.590). Angka GDP Indonesia adalah yang tertinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN. Berikut urutannya, Thailand US$ 227 miliar (per kapita US$ 3.420), Malaysia US$ 162 miliar (per kapita US$ 5.950), Singapore US$ 141 miliar (per kapita US$ 32.030). Apakah Indonesia yang paling kaya? Dari angka GDP Indonesia memang paling tinggi, hampir tiga kali lipat GDP Singapore, akan tetapi penduduk Indonesia jumlahnya 56 kali penduduk Singapore. Dengan demikian GDP per kapita Singapore US$ 32.030, sekitar 20 kali lipat lebih tinggi dari GDP per kapita Indonesia. Heru Narwanto
*) Data ranking GDP di unduh dari China Financial News Headlines (www.cnguy.com/financial/news/2009/1/14/3459/2008-global-gross-domestic-product-rank.html)
Sumber bacaan:
- N. Gregory Mankiw, 2003, Macroeconomics, 5th Ed., Worth Publishers