HousingEstate, Jakarta - Sejak Indonesia merdeka sebenarnya pemenuhan kebutuhan rumah sudah menjadi agenda utama pemerintah. Hanya saja dibandingkan negara lain sektor perumahan di Indonesia cenderung ketinggalan karena persoalan-persoalan perumahan hingga sekarang belum juga dapat diselesaikan.
Mengenai hal ini pengamat perkotaan, Yayat Supriatna, mencoba memberikan sudut pandang berbeda. Menurutnya, masyarakat sekarang bukan lagi masyarakat modern tapi sudah hipermodern sehingga menuntut yang serba instan dan langsung terlihat hasilnya.
“Masyarakat sekarang itu budayanya urgensi, penting, cepat, tapi lemah komitmen. Masyarakat hipermodern nggak percaya lagi janji, harus langsung terlihat,” ujarnya kepada housing-estate.com di acara diskusi mengenai percepatan pembangunan perumahan rakyat yang diselenggarakan HUD Institute di Jakarta, Rabu (14/1).
Karena itu selama pemerintah bekerja dengan birokrasi yang lambat, sampai kapan pun persoalan perumahan rakyat tidak akan pernah selesai. Yayat membandingkan cara berpromosi pengembang swasta yang bisa menjual ribuan rumah yang belum jadi dalam waktu satu hari. Belum lagi bila membandingkan pemerintah dengan swasta.
“Kita lihat pendekatan pengembang membebaskan tanah. Bapaknya nggak mau jual, dia dekati anaknya, kasih mobil, kasih hadiah, akhirnya lepas juga tuh tanah. Makanya pemerintah harus coba pendekatan yang berbeda, pakai sistem rayuan, pasti program pemerintah banyak yang bisa jalan,” tandasnya.