HousingEstate, Jakarta - Berbagi meja kerja kini sedang jadi tren di AS.  Mereka menyebutnya co-working, yaitu berbagi area kerja dengan bukan rekan satu kantor di lantai gedung tinggi. Bentuknya macam-macam, ada yang hanya berbentuk meja besar tanpa sekat serupa meja kantin, ada pula yang dibuat sekat dan didesain seperti cubicle. Pola ini  diminati perusahaan kecil dan start up yang punya sedikit karyawan atau hanya dikelola satu orang. Mereka memilih ini karena berkantor sendiri di pusat kota biaya sewanya terlalu mahal.

Beberapa pengelola kantor bersama ini antara lain Servcorp Ltd, Regus Plc yang berbasis di Luxemburg, dan WeWork Cos. di New York.  Di Jakarta, Regus juga dikenal sebagai salah satu operator serviced office atau virtual office yang punya banyak tempat di gedung-gedung kelas A. “Pasar berbagi ruang kantor ini cukup cepat ekspansinya. Saat ini sedang tren,” ujar  Aaron Jodka, manager market research CoStar Group Inc.

Tren ini terjadi di sejumlah kota di AS yang pasar perkantorannya hidup, seperti Boston, New York, dan San Francisco. “Kami melihat tren ini akan berlanjut seiring dengan makin banyaknya wirausahawan yang mencari ruang di perkantoran bagus tepi harga terjangkau,” katanya.

Menariknya, co-working  kini juga ada  di gedung perkantoran grade A. Salah satunya akan ada di lantai 85 gedung pencakar langit paling anyar di New York, One World Trade Center (OWTC). Servcorp Ltd, pengelolanya, menarik sewa 750 dolar AS (Rp9,4 juta) per bulan per kotak. Perusahaan berbasis di Sydney, Australia, itu sudah menyewa ruang seluas 3.250 m2 dan sepertiganya dijadikan area co-working.

“Kami mendesain dengan gaya kasual gedung grade B, tapi dengan fasilitas berstandar hi-end,” ujar Marcus Moufarrige, chief operating officer Servcorp. Fasilitasnya antara lain sambungan wifi, printer, alat kantor lain, dan lemari penyimpan.

Co-working Servcorp di OWTC baru akan buka April 2015. Ruangannya dirancang open plan terdiri atas 100 space station, berupa meja-meja bersekat pendek. Servcorp juga menyediakan ruang rapat yang sewanya terpisah dari co-working. Di sini terdapat lounge dan dapur yang bisa dipakai bersama. Penyewa bisa menggunakan ruang setiap hari, tujuh hari seminggu, dengan layanan pemesanan 24 jam. Menurut Moufarrige, space stations tidak saja cocok untuk perusahaan baru, juga bagi perusahaan-perusahaan teknologi yang sudah mapan, seperti Microsoft Corp atau Dell Inc, sebagai pendukung kantor utama. Servcorp juga melihat ada potensi permintaan dari bankir yang membutuhkan kantor butik.

Gedung lain yang juga menyediakan fasilitas co-working ini adalah Chrysler Building di dekat Wall Street. Pengelolanya adalah Regus yang menurut Stephen Farley, CEO Regus, untuk Amerika Utara, juga menyediakan fasilitas dengan standar tinggi. Di daerah Manhattan, Regus punya 44 lokasi, antara lain di Brooklyn dan Queens, lalu di Hoboken, New Jersey. Regus mematok tarif sewa di co-working area 399 – 939 dolar AS (Rp4,99 – 11,75 juta) per bulan.

WeWork, perusahaan jasa internet, kini juga merambah bisnis ini. Diberi nama WeWork Commons, perusahaan ini sudah punya 14 lokasi di tujuh kota dengan tarif 45-95 dolar AS (Rp565.000-1,19 juta) per bulan.  Lokasinya bukan di gedung grade A, tapi aksesnya sangat baik dan masih berada di pusat bisnis. Di New York, misalnya ada di SoHo Manhattan dan Fulton Center. Menawarkan sistem keanggotaan, selain dapat akses internet, anggota WeWork juga akan dapat asuransi kesehatan, sistem penggajian, bantuan hukum dan sumber daya manusia. “Jadi, para anggota hanya fokus pada pekerjaannya,” kata Karen Germ, jurubicara WeWork.

Jika Servcorp mendesain ruangnya dengan suasana semi formal, WeWork lebih kasual. Di sini, cocok bagi perusahaan berkategori post-money startup atau wirausahawan funky. Nuansa kasual itu, terlihat pada desain area kerjanya yang hanya berupa meja besar dengan kursi-kursi aneka gaya. Lounge-nya dirancang dengan suasana akrab, bahkan ada cabang yang menyediakan meja pingpong dan mesin permainan pinball.

(Sumber: Bloomberg)