HousingEstate, Jakarta - Hari Raharta Sudradjat adalah generasi kedua penerus perusahaan keluarga yang didirikan Djoeliah Poerwita (alm), Ma’sum Sudradjat (alm), dan Jajat Priatna, tahun 1970 dengan nama PT Margahayu. Perusahaan pengembang yang berbasis di Bandung (Jawa Barat) ini meraih masa keemasan tahun 1980- an dan sempat stagnan saat krisis moneter 1998. Perusahaan bangkit dari krisis setelah ia ditunjuk jadi direktur utama tahun 2002. Dengan kekuatan networking-nya pria yang hobi bersepeda ini juga sukses meyakinkan pebisnis lain untuk bekerjasama, sehingga proyek demi proyek terus dikembangkan.

Tahun 2005 dengan bendera Margahayuland orientasi bisnisnya diperluas, tidak hanya membangun perumahan, tapi juga kondominium dan hotel. Lokasi proyeknya juga meluas, selain di Bandung juga di Jakarta, bahkan sampai ke Bali. Ia juga tidak hanya moncer di bisnis, tapi juga aktif di organisasi. Tahun 2007–2010 ia menjadi Ketua Pengurus Daerah Persatuan Perusahaan Realesat Indonesia (DPD REI) Jawa Barat, kemudian Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat (DPP) REI bidang Perbankan dan Pembiayaan 2010–2013.

Berikut perbincangan Joko Yuwono, Aniza Pratiwi, dan Nadya Nur’aini dari HousingEstate dengan Kang Hari di Jakarta medio Oktober seputar pencalonannya itu.

Sejak kapan Anda aktif di REI?

Sejak tahun 1995 di DPD REI Jawa Barat. Saat itu ketuanya Pak Paskah Suzetta. Saya jadi Ketua Bidang Pembiayaan, Perpajakan, dan Pendanaan.

Orang tua Anda Ma’sum Sudradjat (alm) adalah salah satu pendiri dan pernah juga jadi Ketua DPD REI Jawa Barat. Apakah Anda masuk REI atas dorongannya?

Saat Bapak jadi Ketua DPD saya baru menyelesaikan kuliah di Jepang dan diarahkan mengelola perusahaan. Jadi belum terpikir aktif di REI. Bapak pun tidak pernah mengarahkan langsung. Bapak hanya bilang, jadi pengusaha itu jangan bisnis saja yang dikembangkan, di organisasi juga harus berkembang.

Kenapa Anda kemudian tertarik aktif di REI?

Saya melihat organisasi ini disentuh para pendahulu dengan kebersamaan. Istilah Pak Ciputra (pendiri REI, Red), REI adalah wadah seluruh anggota untuk maju bersama. Tidak hanya developer Jakarta, developer daerah memiliki kesempatan yang sama mengembangkan usahanya. Terbukti banyak developer daerah anggota REI yang berhasil. Menurut saya bila ingin maju, ya menjadi anggota REI. Di organisasi ini tak ada persaingan, tapi tempat membangun networking dan silaturahmi antar anggota.

Anda masuk jajaran pengurus DPP sejak kapan?

Sejak kepengurusan Pak Setyo Maharso 2010–2013. Saya jadi Wakil Ketua Umum bidang Perbankan dan Pembiayaan. Di Jawa Barat saya terakhir menjabat Ketua DPD REI 2008–2010.

Bukankah aktif di organisasi menyita waktu?

Terpulang pada kita, bagaimana menerapkan manajemen waktu. Contoh kongkritnya begini. Sebagai pengurus saya diundang anggota menghadiri peresmian proyeknya mendampingi ketua umum. Jika proyeknya cukup berhasil, saya bisa mengajak tim manajemen dari perusahaan saya ikut melihat. Belajar bagaimana proyek itu bisa sukses, lalu kita diskusikan untuk pembelajaran. Meminjam istilah Pak Ciputra, bukan meniru tapi memodifikasi lalu mengembangkannya menjadi gagasan yang lebih baik.

Banyak developer yang aktif di organisasi, bisnisnya kurang berkembang. Tapi Anda bisa membuktikan bisnis dan organisasi bisa sejalan. Apa kunci suksesnya?

Saya berpikir organisasi bukan sebuah batu loncatan, tapi tempat mencari ilmu. Di organisasi ini banyak teman yang memiliki pengalaman. Saya yakin jika bergaul dengan orang yang benar, kita akan termotivasi menjadi lebih baik, karena 50 persen hidup kita dipengaruhi pergaulan.

Hingga sekarang sudah berapa proyek Anda di Jakarta?

Dua. Apartemen Menara Latumeten di Jl Latumeten (Jakarta Barat) dan Sommerset Kencana (kondominium dan kondotel) di Jl Arteri Pondok Indah (Jakarta Selatan). Dalam waktu dekat akan menyusul dua lagi, kondominium di Jl Daan Mogot (Jakarta Barat), dan gedung perkantoran yang lokasinya masih kami rahasiakan.

Di Bandung ada berapa proyek yang on going?

Untuk highrise ada kondominium The Suites @Metro di Jl Soekarno-Hatta, dan kawasan terpadu seluas 3,1 ha Newton The Hybrid Park di Buah Batu yang menggabungkan kondominium, hotel, pusat perbelanjaan dan gaya hidup. Sementara untuk landed ada perumahan de Marrakesh (12,5 ha) di timur Bandung, serta The Mansion dan De Griya.

Biasanya jenjang pengurus DPP REI, setelah wakil ketua umum naik jadi sekjen?

Alhamdulillah beberapa tahun ini bisnis properti booming. Hampir semua bank berpartisipasi membiayainya. Kebetulan di daerah ada sedikit masalah soal pembiayaan. Sesuai bidang tugas sebagai wakil ketua umum, saya mencoba membantu. Menurut teman-teman daerah, saya berhasil dan diharapkan menjadi sekjen di kepengurusan DPP REI 2013–2015. Semoga yang diharapkan teman-teman itu jadi kenyataan.

Bila menjadi sekjen apa goal Anda?

Sekjen itu sebenarnya tergantung siapa ketua umumnya. Bagi saya sekjen dan ketua umum itu seperti dua sisi mata uang. Contoh, REI memiliki 34 DPD. Tiap DPD minimal mengadakan musyawarah daerah (musda) yang wajib dihadiri ketua dan sekjen. Ini tidak mudah. Kita harus punya partner yang mau berkorban. Organisasi jalan, bisnis sendiri juga jalan. Ketua umum harus sosok yang punya bisnis sendiri. Selain itu menurut saya, era kepengurusan yang akan datang orientasinya harus lebih ke DPD, karena pengembang besar makin banyak ke daerah. Saya berharap para pengembang besar itu mau mengajak teman-teman daerah, jadi mereka tidak hanya jadi penonton dan minder, mau belajar dan termotivasi untuk maju.

Kami dengar Anda sangat mendukung Eddy Hussy (Sekjen DPP REI 2010–2013) menjadi ketua umum 2013–2016?

Saya pilih Pak Eddy Hussy karena proyek propertinya di Batam (Kepulauan Riau) berkembang, dia mau berkorban, tulus, jujur, pengalaman organisasinya banyak sekali, dan senang bergaul. Saya optimis REI di bawah kepemimpinannya akan sukses.

Sumber: Majalah HousingEstate

Dapatkan Majalah HousingEstate di toko buku atau agen terdekat. (Lihat: Daftar Retailer) atau Unduh versi digitalnya WayangForce, Scoop & Scanie.