Kloset duduk dianggap lebih higienis, modern, dan bergaya, kloset jongkok lebih menyehatkan

HousingEstate, Jakarta - Budaya menggunakan kloset untuk buang air besar dan kecil relatif masih baru di Indonesia. Sekitar 30–40 tahun lalu kebanyakan kita masih buang hajat di sungai, kolam, atau hong (lubang) yang digali khusus untuk itu yang mencemari air tanah. Sampai kini sebagian kita masih melakukannya. Cara buang hajatnya dengan berjongkok. Karena itu ketika orang mulai menggunakan kloset, yang banyak dipakai kloset jongkok. Apalagi harganya murah, puluhan sampai ratusan ribu per unit. Bentuknya terbuka dengan pembilasan dan penggelontoran (flushing) kotoran secara manual (dengan tangan), sehingga toilet selalu basah dan sulit dijaga kebersihannya.

Sementara budaya kloset duduk yang dibawa orang Eropa terbatas diadopsi kalangan berada di perkotaan. Harganya pun lebih mahal. “Satu kloset duduk bisa 10 kali harga kloset jongkok,” kata Andry Mulyono, Showroom Manager Kohler Design Center (Jakarta), penjaja produk saniter dan fitting mewah Kohler. Bentuknya tertutup dengan pembilasan menggunakan kertas tisu atau jet washer (penyemprot air) dikombinasi tisu dan flushing secara mekanis, sehingga toilet tetap kering dan bersih. Inilah yang mencuatkan kesan kloset jongkok untuk orang kampung dan kloset duduk untuk orang kaya. Bagaimana duduk soal sebenarnya? Berikut penjelasannya.

Next: Jongkok Bikin Lancar

Laman: 1 2 3