Industri perbankan punya kontribusi penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut Mulia Siregar, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), saat ini di Indonesia terdapat 118 bank umum yang terdiri dari 106 bank umum konvensional dan 12 bank syariah.

Ilustrasi
Ilustrasi

“Berdasarkan kepemilikannya terbagi atas empat bank persero, 34 bank umum swasta nasional (BUSN) devisa, 30 BUSN non devisa, 10 bank asing, 14 bank campuran, dan 26 bank pembangunan daerah (BPD). 118 bank ini didukung oleh 19.780 kantor di seluruh Indonesia,” ujarnya kepada housing-estate.com di Jakarta, Jumat (20/2).

Hanya saja, lanjut Mulia, kendati kantor bank cukup banyak tetapi belum tersebar secara merata di seluruh kota. Kinerja perbankan nasional per tahun 2014 juga disebut menunjukan pertumbuhan walaupun tidak setinggi tahun sebelumnya dengan rasio likuiditas yang terjaga di atas threshold.

“Aset perbankan masih menunjukan tingkat pertumbuhan yang stabil dengan total aset per November 2014 sebesar Rp5.615 triliun. Itu artinya tumbuh 13,3 persen (yoy), sedikit menurun dibandingkan periode sebelumnya di kisaran 16,2 persen. Penyaluran kredit sampai dengan Desember 2014 mencapai Rp3.674,3 triliun atau tumbuh 11,6 persen, tahun lalu pertumbuhannya 16,2 persen,” imbuhnya.

Hanya saja Mulia mengingatkan untuk mewaspadai peningkatan risiko likuiditas terutama di sektor produktif. Meskipun kondisi saat ini sudah cukup membaik, perbankan harus mewaspadai manajemen likuiditasnya terutama dengan kebijakan moneter yang semakin ketat dalam mengantisipasi ketidakpastian global.

“Untuk total laba perbankan masih menunjukan kinerja yang positif. Per Desember 2014 tercatat total laba perbankan mencapai Rp112,2 triliun, lebih tinggi dari periode sebelumnya Rp106,7 triliun. Namun dilihat dari pertumbuhannya, angka tersebut hanya tumbuh sebesar 5,1 persen dibandingkan sebelumnya yang 14,9 persen,” tandasnya.