HousingEstate, Jakarta - Jalan ini tak panjang, kedua sisinya hanya berisi 66 unit rumah. Tapi sejak lama orang-orang menyebutnya “Billionaires’ Row” alias jalan para jutawan. Bishops Avenue, demikian nama jalan tersebut. Lokasinya di Hampstead, London Utara, di antara jalan Hampstead Heath dan East Finchley.
Namanya juga rumah para jutawan, ukuran kavlingnya besar, 8.000-12.000 m2. Tapi ada juga yang lebih kecil, seperti milik konglomerat Turki, Halis Toprak yang cuma 2. 800 m2. Desain rumahnya cukup beragam, tapi umumnya bergaya klasik Eropa dengan sentuhan arsitektur Roma dan Yunani. Sebagian bergaya tradisional English Country House. Serupa mansion, rumah ini punya banyak kamar, dilengkapi aneka fasilitas, seperti kolam renang, innercourt, spa, perpustakaan dan lain sebagainya. Belum lagi lampu dan aneka ornamen interior nan mewah.
Harganya di atas rata-rata harga rumah di London, kota dengan harga properti yang selangit. Rumah milik Toprak, misalnya, meski kecil pada tahun 2008 terjual seharga 50 juta poundsterling atau hampir Rp1 triliun. Pembelinya Nursultan Nazarbayev, Presiden Kazakhstan. Tidak heran saat itu Forbes mendapuknya sebagai rumah termahal di dunia. Rumah lainnya ada yang terjual hingga 65 juta pounds, sekitar Rp1,3 triliun. Tapi baru-baru ini terjadi transaksi anomaly. Carlton House, rumah dengan tujuh kamar tidur hanya dilepas 14 juta poundsterling (Rp278 miliar). Mukhtar Ablyazov, sang pemilik yang tak lain jutawan Kazakhstan, terpaksa banting harga karena harus bayar utang ke BTA Bank.
Dari 66 mansion itu sepuluh unit diantaranya dimiliki keluarga kerajaan Arab Saudi. Selebihnya milik Sultan Brunei, konglomerat media Richard Desmond, kolektor benda seni dan filantropis Poku Zabbludowicz, termasuk Lakshmi Mittal, konglomerat Inggris asal India. Londoner atau warga lokal London, sangat jarang punya rumah di sini.
Meski berada di alamat paling bergengsi dan hanya bisa dimiliki oleh warga superkaya dunia, ternyata banyak mansion yang tidak dihuni. Mengutip the Guardian edisi awal tahun lalu, ada 16 rumah dibiarkan kosong puluhan tahun. Hanya tiga rumah yang betul-betul dihuni sebagai tempat tinggal. Guardian menghitung mansion tidak terurus itu bernilai total 350 juta pound atau hampir Rp7 triliun.
Tahun 2013 ada perusahaan pengembang membeli sepuluh rumah yang sudah dibiarkan kosong sejak awal 1990-an, dengan nilai 73 juta pound (Rp1,5 triliun). Terhitung murah karena banyak bagian rumah sudah rusak. Rumah-rumah itu sebelumnya milik keluarga kerajaan Arab Saudi yang dibeli sekitar tahun 1989-1993. Rumah-rumah ini konon sebagai tempat mereka melarikan diri saat keamanan jazirah Arab terganggu oleh sepak terjang Saddam Hussein kala itu. Ini bisa menjelaskan, mengapa setelah Perang Teluk, rumah-rumah ini seakan ditinggalkan, karena para penghuninya sudah kembali ke tanah airnya. Sayangnya, meski sudah berganti pemilik rumah-rumah ini masih dibiarkan rusak.
Kondisi ini membuat prihatin banyak orang. Pasalnya, pasok yang terbatas membuat harga properti London terus menanjak sehingga makin banyak orang tidak sanggup punya rumah di tengah kota. Karena itu, banyak pihak menginginkan dewan rakyat menekan pemerintah untuk membuat peraturan denda pajak atas rumah-rumah yang dibiarkan kosong lebih dari dua tahun. Bahkan, pemerintah disarankan mengambilalih tanah yang diabaikan atau tidak dibangun oleh pemilknya, lebih dari dua tahun.
(berbagai sumber)