HousingEstate, Jakarta - Saya membayangkan Anda sedang di satu titik di tengah kota Jakarta ketika membaca kolom ini. Maka judul di atas menjadi seolah salah. Bahwa Jakarta sebagai kota modern, kita setuju. Bahkan termodern di Indonesia. Tetapi, buat kita yang setiap hari berada di tengah hiruk pikuk Jakarta, sulit untuk mengiyakan kota ini sebagai kota hijau setiap kali menghirup udaranya.

Walaupun seolah salah untuk saat ini, judul di atas sengaja saya pilih untuk mengawali tahun 2011. Semoga menjadi benar dalam beberapa tahun mendatang, semakin cepat semakin baik. Ini adalah awal tahun, saat yang tepat untuk melekatkan harapan. Semoga Tuhan mengabulkan.

Mari kita renungkan yang sudah terjadi pada dunia kita yang saat ini berulang tahun ke 2011 menurut hitungan Masehi. Dunia ini sendiri sudah ada jauh hari sebelum hitungan Masehi dimulai. Jauh hari, beribu berjuta tahun. Dalam rentang perjalanan dunia yang panjang itu generasi manusia lahir dan mati, peradaban silih berganti. Pada sebagian besar dari rentang yang sangat panjang itu, peradaban manusia berjalan alamiah berdampingan dengan alam sebagai sahabatnya, cara melakukan sesuatu dalam keseharian tidak banyak mengalami perubahan dari generasi ke generasi, karenanya standar hidup manusia juga tidak mengalami lompatan yang drastis sebagaimana kehidupan saat ini. Hingga tiba pada sebuah tahun, 1712, seorang penemu berkebangsaan Inggris bernama Thomas Newcomen merancang mesin uap. Berbahan bakar batu bara, tekanan uap yang dihasilkan dari air mendidih berhasil menggerakkan mesin berkekuatan luar biasa, setara kekuatan lima ratus kuda.

Sejak inilah, segala hal mengalami percepatan. Manusia tidak lagi mengandalkan kekuatan ototnya atau kekuatan hewan untuk membantunya, mereka memilih mengeksploitasi energi fosil yang tersimpan di bumi. Setelah batu bara, kemudian menyusul minyak, gas alam dan sebagainya. Dengan sumber energi itu, daya kreasi manusia berkembang menakjubkan. Susul menyusul ditemukan alat bantu manusia: kereta api, motor, mobil, pesawat terbang, listrik, elektronik, computer dan sebagainya. Inovasi dan penemuan berbagai perangkat yang dapat membantu manusia melakukan sesuatu dengan lebih cepat, lebih efisien, lebih produktif terus dan terus bermunculan. Maka jadilah dunia seperti yang kita rasakan saat ini.

Hasilnya, hanya dalam beberapa dekade saja pertumbuhan standar hidup manusia di bumi melesat jauh melampaui pertumbuhan standar hidup nenek moyang selama beberapa millennium. Ekonom besar John Maynard Keynes mengalkulasi selama tiga ribu delapan ratus tahun, dihitung dua ribu tahun sebelum Masehi dan sekitar seribu delapan ratus setelah Masehi (Abad 18 M), standar hidup manusia hanya mengalami pertumbuhan sekitar seratus persen. Hari ini kita melihat hanya dalam sekitar tiga ratus tahun, standar hidup manusia telah melambung lebih seratus persen.

Semua hal semakin cepat saat ini. Sebagai gambaran, radio sebagai barang canggih pada masanya, membutuhkan waktu sekitar 38 tahun untuk mendapatkan 50 juta penikmat. Televisi butuh waktu 13 tahun. Tahukah Anda berapa tahun diperlukan oleh Facebook untuk meraih jumlah tersebut? Hanya perlu 2 tahun!

Dunia makin cepat, makin efisien, makin produktif. Karenanya jalan menuju makmur juga menjadi semakin cepat dan manusia makmur juga semakin banyak. Ternyata banyak sekali kebutuhan yang harus disediakan untuk manusia makmur: gedung-gedung, alat transportasi, mesin, dan sebagainya yang semuanya semakin canggih.

Lalu kita merasa suhu udara kita makin panas. Kota Malang yang limabelas tahun lalu masih terasa sejuk, sekarang sudah tidak lagi. Jakarta belum lama lalu dinobatkan sebagai kota yang terpolutif ketiga di dunia setelah Meksiko dan Thailand.

Akhirnya manusia menyadari, pertumbuhan ekonomi yang dahsyat ternyata menimbulkan kerusakan yang sama dahsyat, dan terjadi hampir di seluruh penjuru dunia. Iklim mengalami perubahan. Bagaimana tidak, manusia zaman ini setiap saat mengeluarkan polutan ke udara, tidak ada jeda. Dari pagi hari ketika membuka kran air, mencukur bulu, memasak sarapan, berkendara ke tempat kerja, bekerja di tempat kerja, pulang kerja, semua aktifitas manusia kini dibantu dengan alat yang digerakkan oleh energi fosil, bahkan saat tidur pun manusia menghasilkan polutan dari AC rumahnya. Jikapun yang kita gunakan energi listrik, pada hakekatnya kita sedang menggunakan energi fosil, karena pembangkit listrik di sana sebagian besar bertenaga diesel.

Oleh itu, seharusnya manusia modern adalah manusia hijau, yang menyadari bahwa laju kerusakan alam harus dikendalikan.

Ketika akan menutup tulisan ini saya terbaca halaman 299 buku Thomas L. Friedman (2008, Indonesia termasuk negara yang tercepat laju kerusakan hutannya. Negara ini setiap tahun kehilangan hutan tropis seluas Maryland akibat penebangan. Duh! Heru Narwanto

Sumber bacaan:

  1. Bill McKibben, 2007, Deep Economy: the Wealth of Communities and Durable Future, Holt Paperbacks.
  2. Thomas L. Friedman, 2008, Hot, Flat, and Crowded: Why the World Needs A Green Revolution and How We Can Renew Our Global Future, Penguin Books.
  3. Ilustrasi penetrasi radio, TV dan Facebook, diunduh dari Did You Know? (Youtube)