HousingEstate, Jakarta - Pasca beleid pengetatan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) tanggal 30 September 2013 yang dilansir Bank Indonesia (BI), semua bank berlomba meningkatkan daya saing dengan berbagai cara agar target pertumbuhan penyaluran kredit yang ditetapkan perseroan tetap tercapai. Bank OCBC NISP misalnya, tahun ini menargetkan pertumbuhan KPR baru 20 persen menjadi Rp13,8 triliun dibanding pencapaian 2013 yang Rp11,5 triliun.
“Target itu sama dengan target pertumbuhan industri properti secara keseluruhan yang sebesar 20 persen juga. Jadi, target kami tidak muluk-muluk,” kata Dwidadi Sugito, Product Support Head Secured Loan Bank OCBC NISP. OCBC NISP akan mencapai target itu melalui bauran empat strategi. Pertama, pricing dengan menawarkan program bunga yang kompetitif seperti KPR take over dengan bunga 8,99 persen fixed tiga tahun. ”Bunga kompetitif adalah faktor yang paling diperhatikan calon debitur (peminjam),” kata pria yang pernah berkarir 17 tahun di BCA ini. Kedua, konsolidasi internal seperti sentralisasi pemrosesan KPR di kota-kota besar seperti Jabodetabek, Medan, dan Surabaya, supaya dalam lima hari kerja aplikasi kredit sudah bisa di-approve (disetujui atau ditolak).
Ketiga, menawarkan fitur-fitur yang lebih bervariasi. “Dalam waktu dekat kami akan melansir fitur yang sangat menarik,” kata akuntan dari Universitas Negeri Solo yang juga pernah bekerja di Bank BII itu. Keempat, lanjut bankir kelahiran Purwokerto, Jawa Tengah, 1969 ini, pemilihan lokasi penyaluran KPR yang masih prospektif dikembangkan.
Sumber: Majalah HousingEstate
atau
Unduh versi digitalnya WayangForce, Scoop & Scanie.