Hunian Ramah Lingkungan, Miss Indonesia Earth
                                    Interaksi dengan alam
Perempuan yang tampil ekspresif ketika berbicara ini bercerita, sikap bersahabat dengan lingkungan itu bukan baru muncul sekarang setelah menguatnya isu lingkungan. Sejak kecil ia sudah diperkenal kan dan diajarkan hal ihwal berbau lingkungan. Sebagian masa kanak-kanaknya yang dilewati di Rocky Mountains, Colorado, Amerika Serikat (AS), ikut mempengaruhi sikap dan pola pikir Nadine.

Sang ayah Rustam Sjarief yang saat itu mengejar gelar doktor di bidang konservasi air di negeri Paman Sam, memboyong seluruh anggota keluarganya ke sana. Di pegunungan tinggi dengan alam yang luar biasa itu setiap hari ia berinteraksi dengan alam melalui aneka aktivitas luar ruang: menyusuri sungai, menjelajahi taman nasional (national park), berkemah di hutan, mengunjungi perkebunan cherry dan apel, mengamati burung (bird watching), dan mendaki gunung (hiking).
“Karena sejak kecil terbiasa bersentuhan langsung dengan alam, sensitivitas kita terhadap lingkungan jadi terbangun,” katanya. Meski saat itu tinggal di apartemen kecil untuk pelajar, Nadine sekeluarga dan tetangga ramai-ramai menanam sayur. Setelah kembali ke Indonesia tahun 1993, kesenangan Nadine terhadap alam itu terus berlanjut. Ia kerap mengunjungi area budidaya tanaman (nursery) milik ibunya di Cianjur, Bogor untuk menikmati alam dan mempelajari sedikit tentang tanaman.
Dari situ Nadine dan keluarga bertekad membuat rumah tropis sebagai wujud penghargaan terhadap lingkungan. “Ekspresi yang paling memungkinkan untuk menunjukkan penghargaan itu adalah hunian,” kata perempuan yang bisa berbahasa Italia ini. Keinginan itu tidak langsung terlaksana karena kala itu mereka masih mengontrak di Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Setelah membeli rumah pertama tahun 1997 di Bintaro Permai, dilanjutkan dengan rumah kedua di sebelahnya tahun 2001, baru konsep itu diwujudkan.