Selasa, November 4, 2025
Homerumah selebritasHunian Ramah Lingkungan, Miss Indonesia Earth

Hunian Ramah Lingkungan, Miss Indonesia Earth

Tanpa AC

Ia ingat rumah kedua di atas tanah 265 m2 itu dibeli seharga Rp600 jutaan. Tahun 2005 kedua rumah satu lantai itu dibongkar dan diredesain oleh ibunya yang lulusan arsitektur Delft Universiteit of Technology, Belanda. Rumah mengakomodasi maksimal penghawaan dan pencahayaan alami ke dalam rumah. Bangunannya dengan pintu utama menghadap ke utara dibuat tinggi dan memiliki banyak bukaan. Hasilnya, hampir semua ruang memperoleh limpahan cahaya matahari dan sirkulasi udara alami. Kecuali kamar tidur, ruang lain tak ada yang menggunakan penyejuk udara.

Lantai mezanin dihiasi oleh sebuah kursi malas kuno dan piano Lantai atas
Lantai mezanin dihiasi oleh sebuah kursi malas kuno dan piano Lantai atas

Rumah dibangun dua lantai dengan pembagian berdasarkan fungsi. Sebagian bangunan untuk hunian, sisanya untuk kantor ibunya. Lantai bawah untuk aktivitas publik, lantai dua sepenuhnya ruang privat seperti kamar tidur dan ruang keluarga. Di lantai bawah terdapat ruang tamu bergaya etnik, ruang keluarga, ruang makan yang berhadapan dengan taman dalam dan dapur. Di lantai atas selain empat kamar tidur ada juga perpustakaan. Di antara kedua lantai itu ada lantai mezanin yang berfungsi sebagai ruang bersantai dihiasi sebuah piano.

Butuh tiga tahun bagi ibu Nadine merenovasi rumahnya. Pencarian material tertentu dilakukan sendiri secara bertahap, seperti keramik bekas untuk penutup lantai. Sementara lantai keramik di ruang tamu dan pintu gebyok diperoleh dari bongkaran sebuah rumah lama. Begitu pula perabot dan aksesori interior seperti kabinet vintage di ruang tamu, merupakan barang lungsuran dari nenek. Sedangkan mesin jahit kuno kembar di lantai atas didapat dari tukang loak. Rumah juga menyediakan sumur resapan, taman vertikal (vertical garden) untuk menurunkan suhu di dalam ruang, dan sistem pengolahan air limbah rumah tangga (greywater recycling system).

Ngurangin Dosa

Sistem pembuangan limbah rumah tangga menjadi perhatian utama Nadine. Ia tidak mau ikut mencemari lingkungan yang sudah tercemar akibat penggunaan deterjen di rumahnya, misalnya. Karena itu ia menerapkan greywater recycling system, sistem pengolahan air kotor dari aktivitas mandi, cuci, dan masak di rumah. Saat ini baru grey water dari bak cuci piring yang sudah dinetralisir.

Artikel_86_Rumah Selebritas_Hunian Ramah Lingkungan Miss Indonesia Earth_12805146
Grey recyling system dengan penampungnya berupa jejeran tanaman air. Di dekatnya terdapat dua komposter
Grey recyling system dengan penampungnya berupa jejeran tanaman air. Di dekatnya terdapat dua komposter

Sebelum dibuang ke selokan, air dari bak cuci itu dialirkan dulu ke sebuah penampungan di dalam tanah dan dinetralkan dalam media penampung lain yang diisi tanaman air seperti eceng gondok dan lainlain. “Eceng gondok itu menyerap polutan dari air kotor,” kata perempuan yang sedang senang hati karena baru memperoleh sertifikat selam lewat ujian di Pulau Weh, Sabang, Aceh.

Dengan bantuan eceng gondok dan tanaman air lain itu, air limbah yang dialirkan ke saluran lingkungan tidak lagi berbusa dan berbahaya, tapi sudah aman dengan warna lebih jernih. “Hitung-hitung ngurangin dosa (kepada lingkungan), he-he-he,” kata Nadine tentang penerapan fitur green itu. Ia fasih menyebut nama-nama tanaman air yang bisa dipakai untuk menetralisir air limbah rumah tangga non-kakus, seperti teratai, melati air, dan lili air.

Berdekatan dengan selokan tanaman air itu terdapat juga dua komposter pengolah sampah organik menjadi kompos. Hampir setiap hari Nadine memilah sampah organik dan non-organik. Guna mengurangi polusi udara dan penggunaan penyejuk ruang, ibunya menciptakan dinding hijau (green wall) di halaman depan dan di dalam rumah, tepatnya di depan ruang makan. Karen terinspirasi dari model tanaman vertikal di gedung AIPH (Association Internationale des Producteurs de l’Horticulture) di Belanda.

Karen yang sekarang menjabat Sekjen Dewan Hortikultura Indonesia membuat tanaman vertikal dengan media tanam felt (geo textile), bukan pipa PVC. Media tanam ini tidak lembab dan mencegah dinding rusak. Fitur hijau juga diterapkan Nadine dan keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Mandi misalnya, hanya tiga menit dengan shower. Lampu dan televisi harus dimatikan jika tidak dipakai.

Nadine yang mendirikan perusahaan konsultan lingkungan tiga tahun lalu, juga memilih makanan non impor untuk beras, sayuran dan buah. “Kami membeli beras merah, sayur, dan buah langsung dari petani di Cibodas. Kami pilih produk organik,” katanya. Di kabinet dapurnya tertempel catatan sayuran yang boleh dikonsumsi karena tidak mengandung pestisida, seperti daun katuk, daun labu, daun so melinjo, daun gedi, pohpohan dan ketimun. Sementara bayam dan kangkung dari hasil menanam sendiri.

 

Baca selengkapnya di Majalah HousingEstate Edisi Juni 2015, dapatkan di toko buku atau agen terdekat. (Lihat: Daftar Retailer) atau Unduh versi digitalnya WayangForce, Scoop & Scanie.

Berita Terkait

Ekonomi

Triwulan III Bank Jakarta Raih Laba Rp520 Miliar, Ditopang Kredit UMKM

Bank Jakarta tetap mencatatkan kinerja positif hingga triwulan III...

Penyaluran Kredit OCBC Naik 2 Persen, Raih Laba Rp3,82 Triliun

Bank OCBC mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar...

Januari-September 2025 Bank CIMB Niaga Raih Laba Rp6,7 Triliun

Bank CIMB Niaga melaporkan perolehan laba sebelum pajak konsolidasi...

Program Magang Batch 2 Dibuka, Catat Jadwal Pendaftaran dan Seleksinya

Setelah meluncurkan Program Pemagangan Nasional Lulusan Perguruan Tinggi Batch...

Berita Terkini