HousingEstate, Jakarta - Jaminan pemerintah yang disampaikan jauh hari sebelum lebaran 2016 bahwa kondisi lalu lintas mudik akan lebih baik dari tahun sebelumnya tidak terbukti. Nyatanya, terjadi kemacetan luar biasa mencapai lebih dari 24 jam khususnya di exit tol Brebes Timur. Bahkan di tengah kemacetan hebat itu sampai ada insiden korban meninggal.

Menurut Ketua Pengurus Harian YLKI Sudaryatmo, pengoperasian jalan tol Pejagan – Brebes Timur yang belum selesai  untuk kelancaran mudik justru berakibat sebaliknya. Pemerintah dinilai hanya memindahkan kemacetan dari sebelumnya di ruas tol Jakarta-Cikampek dan Palimanan-Kanci (Palikanci) ke Brebes Timur.

“Parahnya dulu kemacetan gratis sekarang macetnya bayar karena berada di ruas jalan tol. Konsumen rugi dua kali sudah kena macet dan harus bayar, jadi yang untung hanya pengelola jalan tol. Apa gunanya jalan tol dioperasikan bukannya melancarkan arus manusia dan barang justru sebaliknya macet parah,” ujarnya kepada housing-estate.com, Jumat (15/7).

Sudaryatmo menilai salah satu penyebab kemacetan karena lemahnya kepolisian dan aparat perhubungan melakukan rekayasa lalu lintas di pusat kemacetan. Seharusnya pengelola jalan tol bisa memaksa pengguna jalan tidak keluar di exit Brebes Timur dan digratiskan. Ruas tol Pejagan-Brebes dikelola PT Wijaya Karya (Wika) yang belum berpengalaman mengoperasikan jalan tol. Pada saat menghadapi kemacetan ekstrem dia gamang mengambil keputusan. Sudaryatmo menilai Jasa Marga yang sudah berpengalaman belum tentu sanggup mengatasi situasi yang super esktrim seperti situasi mudik lebaran tahun ini.

Antisipasi dengan menerapan contra flow dan buka-tutup sudah bagus, tapi kebijakan ini tidak diimbangi petugas yang memadai. Selain itu jumlah kendaraan di ruas Tegal-Brebes mungkin juga di luar perhitungan.  Informasi mengenai kondisi lalu lintas di jalan tol juga kurang.