HousingEstate, Jakarta - Hong Kong, kawasan otonomi khusus milik negeri Cina, ini kembali ditasbihkan menjadi kota dengan harga rumah termahal sejagat.   Hong Kong menempati posisi pertama di antara 406 metropolitan utama lain sepanjang tujuh tahun terakhir.  Demikian hasil survei tahunan Housing Affordability oleh Demographia International yang dirilis bulan lalu.

Metode yang digunakan adalah median multiple, yaitu harga rerata rumah dibagi pendapatan rerata kotor rumah tangga tahunan. Hasilnya dinilai sebagai kemampuan (daya beli) rumah tangga membeli rumah. Metode ini sudah direkomendasikan oleh Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melihat kemampuan masyarakat. Contohnya London, harga rerata rumah 40.000 pound dan pendapatan rerata kotor rumah tangga tahunan 51.800 pound, jadi skor pasar rumahnya adalah 8,5. Menurut Demographia, skor harga atau ketidakmampuan beli rumah makin buruk jika skor lebih dari 5,1.

Untuk Hong Kong harga rerata rumah 18,1 kali dari rerata pendapatan tahunan rumah tangga sebelum pajak. Hasil survei kali ini lebih baik dari survei tahun sebelumnya yang nilainya mencapai 19. Tapi kondisi ini tetap merepresentasikan rendahnya daya beli warga Hong Kong. Untuk rumah tangga berpendapatan menengah perlu 30 tahun untuk bisa membeli rumah berukuran 90 m2. Untuk sewa apartemen 9 m2 harus merogoh kocek 7.000 dolar Hong Kong atau sekitar Rp12 juta per bulan.

Pemerintah lokal Hong Kong di bawah kepemimpinan Leung Chun-ying sudah berusaha keras agar harga rumah tidak semakin meroket. Antara lain dengan membatasi bunga pinjaman dan menerbitkan segepok peraturan pajak. Tapi solusi itu tidak cukup, sebab masalah utamanya adalah kelangkaan rumah berharga terjangkau. Harga rumah di pasar seken naik 40 persen sejak Juli 2012, sementara dari tahun lalu naik 7,7 persen. Rumah seken mengisi hampir 70 persen pasar perumahan Hong Kong. Untuk itu, menurut Elliott, associate director of International Residential Property Services at Jones Lang LaSalle, kepada CNN, pemerintah Hong Kong tidak cukup hanya melepas tanahnya. Yang lebih penting bagaimana tanah yang dilelang itu harus layak untuk dibangun rumah berharga terjangkau.

Kota Lain

Di bawah Hong Kong berturut-turut  ditempati Sydney –Australia, Vancouver – Kanada, Auckland –Selandia Baru, San Jose – AS, Melbourne – Australia, Honolulu – Hawai, Los Angeles – AS, San Francisco – AS, dan  Bournemouth & Dorset – Inggris. Masuknya dua kota di Australia memperlihatkan bahwa harga rumah di sejumlah kota di benua Kangguru itu termasuk yang termahal.

Skor median multiple di Sydney 12,2 dan menempatkan kota ini di posisi kedua, seperti tahun sebelumnya.  Sementara itu, skor untuk Auckland (5,9) hanya sepertiga dari skor Hong Kong. Menurut survei Demographia, median multiple untuk seluruh Australia adalah 5,5,  naik secara drastis sejak era 1980-an. Pada tiga dekade silam harga rumah di Australia masih cukup terjangkau. Tapi sekarang, tujuh dari 54 pasar rumah di Australian yang disurvei masuk kategori sulit terjangkau.

Menurut Elliott,  melonjaknya harga rumah di Sydney karena makin ramainya investor asing berburu aset di kota ini.  Pasar memang tumbuh tetapi tidak sehat, sebab para investor itu enggan menyewakan dan kalau menjual ke pembeli lokal harganya sangat tinggi. Investor yang banyak bermain di Sydney dan Melbourne berasal dari Rusia, Cina (Daratan), dan Timur Tengah.

Sumber: Bloomberg, CNN & Forbes