Senin, Desember 1, 2025
HomeEventMilenial Butuh Lebih Banyak Taman Kota Interaktif

Milenial Butuh Lebih Banyak Taman Kota Interaktif

Setelah 10 tahun ke belakang mengantisipasi terjadinya pemanasan global (global warming), mulai tahun 2020 warga dunia juga akan menghadapi isu kesehatan (wellness). Salah satu yang disoroti para ahli adalah daya dukung kota yang berdampak pada kesehatan masyarakat melalui pengadaan urbanscape (lansekap kota).

Green Building Council Indonesia (GBCI), lembaga mandiri (non government) yang berkomitmen terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan, berinsiatif menyelenggarakan Expo Urbanscape & Greenery 2018 yang akan dilangsungkan di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, 19-21 Juli 2018.

Pameran yang baru pertama kali dilaksanakan di Indonesia ini akan menawarkan inovasi, produk, rancangan dan layanan dalam lansekap dan pertamanan untuk melayani kalangan profesional bisnis sampai konsumen individual. Pameran berformat semi-trade ini akan dilengkapi dengan sejumlah kegiatan marketplace, kompetisi desain lansekap dan aneka talkshow.

Expo yang diselenggarakan PT Media Artha Sentosa itu juga didukung enam asosiasi dan institusi terkait, di antaranya Indonesia Landscape Industries Network (ILINET), Jakarta Landscape Institute (JALIN), Sustainable Urban Development Forum Indonesia (SUDFI), Himpunan Teknik Iluminasi Indonesia (HTII), Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO), dan Asosiasi Pendidikan Arsitektur Lanskap Indonesia (APALI).

“Tahun 2020 dimulainya era kesehatan, kita harus mengubah lanskap urban bukan cuma tanaman hijau atau keindahan, tapi yang berdampak pada kesehatan masyarakat,” ujar Siti Adiningsih Adiwoso, Chairwoman GBCI, dalam media gathering Expo Urbanscape & Greenery 2018 di Jakarta, Rabu (17/1/2018).

Taman kota sebagai bagian dari Urbanscape menurut Naning, sapaan akrab Siti Adiningsih, perlu ditambah waktu operasionalnya sehingga bisa dinikmati lebih lama dan didukung dengan tata cahaya yang baik. “Generasi milenial yang akan lebih banyak tinggal di apartemen dibandingkan landed house nantinya lebih banyak memerlukan taman kota yang interaktif,” ujarnya.

Lebih jauh urbanscape dapat memiliki peran sebagai sumber pangan melalui kegiatan urban farming dengan membudidayakan tanaman hijau berumur pendek. Tujuan praktis urban farming dapat dicapai, yakni mendekatkan tanaman konsumtif dari kota ke meja makan.

“Lanskap sebagai unsur dekoratif saja tidak akan membuat nyaman di kota, tapi kita harus membuat taman yang produktif memiliki nilai guna,” terang Anggia Murni, Ketua ILINET dan praktisi lansekap. Menurut Murni, besarnya anggaran untuk pekerjaan lansekap bisa mencapai triliunan rupiah per tahun.

Selain berkontribusi kepada kelestarian alam, perlu dipertimbangkan juga kolaborasi desainer lansekap dengan petani sebagai penyedia tanaman. Pengadaan taman-taman di kota juga perlu didukung dengan budidaya tanaman yang berkelanjutan. “Kita nggak mau menghijaukan kota dengan menggersangkan desa karena semua tanamannya dibawa ke kota. Harapannya, industri lanskap ini bisa jadi economic engine bagi lingkungan,” pungkasnya.

Berita Terkait

Ekonomi

November PMI Manufaktur Indonesia Catat Angka Tertinggi, Didorong Lonjakan Pesanan Baru

Sektor manufaktur Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Tercermin dari Purchasing...

Neraca Dagang Indonesia Masih Terus dan Terus Surplus

Kinerja ekspor Indonesia masih terus mencatat surplus kendati dikenakan...

November Inflasi Kembali Menurun. Pertanda Daya Beli Melemah Lagi?

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Senin (1/12/2025), inflasi Indeks...

BI Prediksi Ekonomi 2026 dan 2027 Tumbuh Lebih Tinggi

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan optimismenya, perekonomian Indonesia...

Berita Terkini