Faktor Utama Orang Kaya Beli Properti: Prime Location!
Jargon lokasi, lokasi, dan lokasi kerap dilontarkan pengembang untuk menyebut alasan seseorang membeli properti. Tiga kali penyebutan lokasi itu untuk menggambarkan betapa pentingnya faktor lokasi proyek terhadap prospek investasi atau kenaikan nilainya. Artinya lokasi akan menentukan seberapa mudah aksesibilitas dan fasilitas di kawasan dan daerah sekitarnya. Setelah lokasi barulah pengembang menyebut alasan lain sebagai factor penentu berikutnya. Yaitu, konsep pengembangan, model rumah, spek, cara bayar dan lain-lain.
Khusus untuk kalangan high end atau orang super kaya, membeli properti sudah tidak memperhitungkan lagi spesifikasi bangunan yang digunakan, fasilitas yang disediakan, dan hal teknis lainnya. Produk properti berupa rumah atau apartemen premium untuk segmen ini sudah pasti mengusung segala yang terbaik.
“Karena itu untuk orang super kaya, alasan utama membeli properti itu lokasinya harus terbaik, prime location. Lokasi-lokasi terbaik ini sangat jarang dan akan semakin terbatas, sehingga secara otomatis penawarannya juga jarang dan harganya pasti ekstra tinggi. Ini pasar khusus yang juga selalu ada saja peminatnya,” kata Nevins Lie, Direktur PT Putragaya Wahana (PGW), kepada housing-estate.com di Jakarta, Rabu (18/7/208).
PGW adalah pengembang proyek properti terpadu untuk kalangan atas Thamrin Nine (5,4 ha) di koridor bisnis Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, yang menggabungkan apartemen, hotel, perkantoran, area gaya hidup dan lain-lain.
Properti di prime location, jelasnya, sudah tidak mempertanyakan lagi aksesibilitas maupun kelengkapan fasilitas karena sudah pasti tersedia di lokasi dan area sekitarnya. Uniknya lagi di Indonesia, kendati kawasan tersebut prime location, pengembangan di kawasan masih terus terjadi yang membuat nilai kawasan yang sudah tinggi akan makin tinggi seiring perkembangannya.
Ia memberikan contoh proyek Thamrin Nine yang saat ini sudah jadi berupa dua menara office building UOB Plaza dan Indosurya, dan tengah membangun dua tower residensial, apartemen servis dan hotel. Proyek ini akan terintegrasi dengan jalur transportasi massal MRT (dan dengan demikian juga LRT dan busway) yang tengah dibangun, serta stasiun Sudirman Baru (Dukuh Atas) yang dilintasi kereta komuter dan kereta bandara melalui sebuah terowongan bawah tanah (tunnel) sepanjang 320 m.
Tunnel itu akan selesai tahun depan bersamaan dengan pengoperasian MRT fase pertama. Selain tunnel, ada juga skybridge (jembatan) yang akan menyambungkan Thamrin Nine dengan kawasan Grand Indonesia (GI).
“Kalangan atas memang tidak naik transportasi massal seperti MRT atau kereta. Tapi keberadaan fasilitas itu dibutuhkan dan dicari, karena akan memudahkan fungsi bisnis di kawasan. Untuk fungsi hotel juga sudah menyasar aksesibilitas yang makin mudah ini,” jelasnya. Apartemen di Thamrin Nine ditawarkan seharga mulai dari Rp75 juta/m2 dengan target pengusaha atau pemilik perusahaan.