Minggu, September 7, 2025
HomeBerita PropertiBeli Properti untuk Investasi, Analisisnya Ya Investasi, Bukan Hunian

Beli Properti untuk Investasi, Analisisnya Ya Investasi, Bukan Hunian

Selama ini banyak yang menganggap properti itu instrumen investasi sehingga banyak dibeli untuk membiakan kapital yang dimiliki. Pakem ini sebenarnya tidak salah karena memang harga properti hampir pasti mengalami kenaikan. Hanya saja pertimbangan dan analisis untuk membelinya sebagai instrumen investasi selama ini tidak dilakukan berdasarkan analisis investasi. Pada saat bersamaan situasi bisnis properti berubah seperti saat ini, setelah dulu pemilik uang jor-joran membeli properti untuk investasi sehingga nilainya overvalue.

Gambarannya mirip dengan membeli produk asuransi untuk melindungi kesehatan. Agar lebih menarik, produk asuransi itu di-bundling dengan unit link sehingga setoran premi yang dibayarkan nasabah ada bagian yang untuk investasi yang memberikan imbal hasilnya.

Seiring perkembangan, bisnis asuransi unit link itu tidak berkembang sehingga nasabah diminta kembali menyetor premi asuransinya. Bila tidak, dana untuk unit link akan diambil dari cicilan premi asuransi kesehatannya. Banyak yang tidak paham kalau investasi untuk asuransi kesehatan berbeda dengan sistem bisnis unit link-nya.

Menurut mantan eksekutif marketing di berbagai perusahaan pengembang besar, properti yang dijadikan instrumen investasi mirip dengan asuransi dengan model unit link itu. Saat situasi bisnis seperti sekarang, harga properti tidak berkembang, bahkan cenderung turun, karena banyaknya orang yang ingin melepas aset propertinya setelah harganya melejit saat pasar properti booming dulu.

“Jadi kalau mau beli asuransi, tujuannya ya untuk menjamin kesehatan kita kalau terjadi sesuatu, biayanya sudah ada yang meng-cover. Properti juga begitu. Kalau mau beli untuk investasi ya analisisnya investasi. Jangan karena latah, ikut beli karena yang lain pada beli. Pas semua mau jual, harganya pasti jatuh,” katanya kepada housing-estate.com di Jakarta, Rabu (12/9/2018).

Ia menjelaskan, analisis investasi untuk properti harus lebih mendalam untuk memastikan produk yang dibeli mengalami kenaikan signifikan. Analisisnya harus masuk akal dan sesuai dengan situasi terkini. Misalnya, berapa harga properti sejenis yang ditawarkan dengan tipe, konsep, maupun fasilitas yang sama? Berapa pula harga rata-rata produk sekennya? Analisis apple to apple ini juga harus diikuti dengan penilaian populasi dan potensi pengembangan fasilitas di kawasan. Intinya, informasi mengenai kawasan juga harus kuat dan detil.

“Secara umum produk properti pasti menguntungkan, tapi jangka waktunya harus ditarik panjang di atas 10 tahun, itu pasti untung. Properti yang kita beli itu kalau sudah jadi bukan aset lo, tapi liabilitas karena ada biaya maintenance dan servis. Bayangkan, kalau kita investasi 10 unit apartemen. Begitu jadi harus segera tersewa. Kalau tidak, berapa itu biaya service charge-nya? Saat sekarang pasar lagi slow, ini juga bagus untuk beli properti karena harga lagi rendah-rendahnya. Jangan beli saat bisnis lagi booming, nanti jual laginya susah,” tuturnya.

Berita Terkait

Ekonomi

Utang Pinjol dan Paylater Warga RI Terus Meningkat Tinggi

Buy now pay later (BNPL) adalah layanan keuangan yang...

Belasan Investor Kazakhstan Lirik IKN

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia...

Program Perumahan Salah Satu yang Diharapkan Buka Lapangan Kerja

Pemerintah terus menjalin kolaborasi dengan pelaku usaha untuk membuat...

Menko Airlangga Minta Pengusaha Tahan PHK dan Buka Program Magang Berbayar untuk Sarjana Baru

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta para pengusaha...

Berita Terkini