HousingEstate, Jakarta - Bisnis properti yang melemah sejak beberapa tahun terakhir membuat harga rumah di beberapa wilayah justru turun nilainya. Penurunan ini disebabkan berbagai hal, antara lain harga yang terlalu tinggi di atas nilai pasar saat ditawarkan dulu, banyaknya suplai, hingga kesulitan menjualnya lagi karena pada saat yang sama banyak produk yang ingin dilepas pemiliknya.

Serpong di Tangerang Selatan (Banten) merupakan salah satu wilayah pengembangan real estate paling favorit dengan banyak proyek kota baru (township), yang mengalami banyak penurunan harga properti itu. Hal ini karena saat properti booming tahun 2010-2013, properti ditawarkan sebagai produk investasi yang diharapkan menghasilkan kenaikan harga (gain) yang tinggi. Begitu produk yang dibeli 4-6 tahun lalu itu ingin dijual, situasi pasar tidak mendukung karena terlalu banyaknya penawaran di pasar. Harga pun jatuh.

Namun, situasi itu justru menguntungkan bagi kalangan yang ingin membeli properti dengan harga yang lebih miring. Menurut seorang broker properti di Serpong, kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah, bahkan bisa membeli dengan harga lebih murah disbanding saat produknya ditawarkan beberapa tahun lalu.

“Kebetulan anak saya mau kuliah di (universitas yang ada di kota baru) BSD City (Serpong). Istri saya nyuruh beli apartemen, tapi saya bilang rumah aja karena harganya lagi bagus. Saya mau rumah empat kamar, harapannya untuk anak saya dan sisa kamarnya bisa disewakan untuk teman-teman anak saya. Pokoknya saya patok rumah empat kamar dengan harga 25 persen di bawah harga pasarnya,” katanya kepada housing-estate.com di Jakarta, Jumat (14/9/2018).

Singkat cerita didapatlah rumah yang diingini tersebut dan kebetulan kenal pula dengan pemiliknya. Sang pemilik menyebut ia membeli rumah empat kamar itu seharga Rp2,4 miliar sekitar empat tahun lalu. Ia sangat berharap harganya jangan terlalu dipotong dan akhirnya disepakati transaksi pada harga Rp2,1 miliar. Ia tidak mau menyebutkan kota baru yang menjadi lokasi rumahnya.

Sang broker bisa berbangga di depan istrinya kalau telah berhasil membeli rumah dengan harga Rp300 juta lebih murah dari harga beli beberapa tahun lalu. Dengan bangga pula ia menyebut sebagai orang properti bisa mendapatkan produk yang bagus di saat yang tepat. Tidak lama setelah itu, di grup Whatsapp (WA) ada penawaran rumah dengan tipe yang sama di lokasi yang juga berdekatan.

“Di situ rumah yang sama ditawarkan seharga Rp1,8 miliar, nyesek kan gue. Jadi,m ternyata koreksi harga di Serpong ini lumayan tinggi karena banyak orang yang nggak kuat menahan propertinya, akhirnya dijual banting-bantingan. Rumah yang sama Rp1,8 miliar itu akhirnya nggak saya ceritain ke istri, takut diledekin,” ungkapnya.