HousingEstate, Jakarta - Bisnis properti yang melemah 3-4 tahun terakhir membuat para pengembang harus ekstra bersiasat agar tetap membukukan penjualan. Pelemahan pasar secara umum terjadi karena segmen konsumen properti dari kalangan investor menurun drastis. Di sisi lain masih sangat sedikit pengembang yang melansir produk yang sesuai dengan segmen pasar terbesar saat ini, kalangan pengguna akhir yang membeli properti untuk dihuni sendiri (end user).
Hal ini diakui Hartan Gunadi, CEO PT Hartanland Properti Indonesia (Hartanland), pengembang perumahan Grand Galaxy City Bekasi, Grand Cibubur Country Cikeas, sekaligus pemasar apartemen Green Sedayu Taman Palem (Jakarta) yang dikembangkan Agung Sedayu Group.
Menurut mantan Direktur Marketing PT Sentul City Tbk ini, dalam situasi seperti saat ini bisa mencapai target marketing sales 70 persen saja sudah sangat bagus. “Situasinya memang berat, tapi bukan tidak prospektif karena bisnis properti itu sampai kapanpun akan terus ada, tidak perduli pemerintahan berganti, karena pasar kita sangat besar. Kalau sekarang pengembang hati-hatikarena kebanyakan konsumennya investor yang wait and see, itu wajar. Tapi, kan ada segmen konsumen end user yang jumlahnya sangat besar. Tinggal bagaimana kita menyesuaikan dengan memberikan berbagai program dan skema pembayaran yang menarik,” katanya kepada housingestate.id di Jakarta, Rabu (23/1/2019).
Hartan menjelaskan, untuk produk-produk properti investasi yang harganya di atas Rp1 miliaran, kini harus ekstra selektif diluncurkan karena dipastikan penjualannya tidak bisa cepat. Sekarang saatnya pengembang berkonsentrasi pada produk untuk segmen di bawah Rp500 juta atau bahkan lebih rendah lagi untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Hanya, memang tidak semua pengembang memiliki kemampuan menggarap segmen itu. Terlebih harga lahan terus meningkat dengan lokasi yang juga makin jauh (dari pusat-pusat kegiatan, sehingga segmen seperti itu makin sulit dilayani.
Sementara bagi konsumen end user, situasi seperti sekarang sangat baik untuk segera mewujudkan pemilikan rumah karena pengembang dan bank menawarkan banyak banyak kemudahan cara bayar.
“Memang, harus diperbanyak gimmick-nya supaya merangsang pasar untuk segera mewujudkan pembelian properti. Saya misalnya, akan memulai lagi program cash back di-bundling dengan program asuransi. Dalam 10-15 tahun konsumen bisa mendapatkan kembali uang pembelian propertinya. End user itu daya belinya juga kuat. Tinggal bagaimana merangsang dengan gimmick-gimmick marketing yang menarik, karena properti itu pasti paling oke kok (sebagai investasi),” jelas Hartan.