HousingEstate, Jakarta - Genteng datar (flat tile) masih mendominasi pasar hingga kini seiring bertahannya desain hunian bergaya moderen. Flat tile dianggap lebih mampu mendukung gaya desain itu dibandingkan genteng lengkung atau bergelombang (curve). Saat ini selain dari campuran semen (beton), juga sudah lama tersedia genteng flat dari keramik. Sebutlah misalnya, Kanmuri produksi PT Satya Djaya Raya Trading Coy.

Genteng flat keramik memang lebih tinggi harganya, tapi juga jauh lebih tahan lama baik material maupun warna dan glazurnya, serta lebih tahan cuaca. Genteng beton selain lebih cepat memudar warnanya, juga bisa retak karena terpaan hujan dan panas. Memang, ada kelemahan lain genteng flat baik beton maupun keramik. Lebih mudah merembeskan air terutama saat hujan ekstrim.

Untuk mengantisipasinya, genteng flat keramik seperti Kanmuri tetap didesain ada cekungannya kendati tidak terlalu terlihat. “(Cekungan) itu sangat penting. Seperti pada genteng curve, fungsinya pada flat tile untuk mengarahkan aliran air dan mengurangi risiko rembes. Genteng yang terlalu flat lebih berisiko (terhadap tampias air hujan),” kata John Chang, GM PT Satya Djaya Raya Trading Coy, kepada housingestate.id dalam pameran Megabuild 2019 di Jakarta pertengahan Maret lalu.

Selain membuat sedikit bidang cekung di flat tile-nya, John juga menyarankan pemasangan genteng flat Kanmuri secara zig zag seperti memasang susunan bata merah di dinding. Dengan cara itu jatuhnya air hujan bisa diarahkan terus ke talang air di bawah, tidak merembes ke sisi kiri dan kanan genteng.

Untuk makin menjamin tidak rembes, Kanmuri juga melengkapi genteng flatnya dengan berbagai genteng aksesoris yang mendukung. John menambahkan, genteng flat beton umumnya tidak didesain memiliki cekungan. “Kesannya sepele, tapi akibatnya bisa menjengkelkan karena curah hujan kita sangat tinggi ditambah angin yang membuat hempasan air bisa ke mana-mana,” jelasnya.