Senin, September 8, 2025
HomeBerita PropertiAktivitas Pengembang Belum Ada Peningkatan

Aktivitas Pengembang Belum Ada Peningkatan

Konsultan properti Jones Lang Lasalle (JLL) melansir hasil riset pasar untuk triwulan ketiga tahun ini di Jakarta, Rabu (16/10/2019). JLL menangkap pemindahan ibukota negara tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan pengembang dan investor lokal maupun asing sambil menunggu rencana selanjutnya dari pemerintah.

“Realisasi investasi asing dan lokal diharapkan kembali meningkat seusai penyelenggaraan pemilihan umum presiden,” kata James Allan, Country Head JLL Indonesia dalam media briefing di Jakarta, Rabu (16/10/2019).

Untuk perkembangan pasar properti di Jakarta dan sekitarnya, JLL menyoroti sektor coworking space, gedung kantor (CBD dan non CBD), ritel, dan kondominium. Penyerapan coworking space di CBD Jakarta pada triwulan ketiga tahun ini mencapai angka 52.500 meter persegi dengan dominasi perusahaan berbasis teknologi sebanyak 78 persen.

Perkembangan perusahaan berbasis teknologi ini tidak terlepas dari peran operator coworking yang masih aktif melakukan ekspansi di gedung kelas A di distrik pusat bisnis (CBD) Jakarta. Beberapa gedung baru sudah mulai beroperasi di kuartal ketiga ini, yaitu Sudirman 7.8, Office One, Graha Makmur dan Menara Binakarsa.

Sementara penyerapan gedung kantor di kawasan non-CBD hanya sebesar empat ribu meter persegi. Terdapat satu gedung yang baru saja beroperasi di triwulan ini, yaitu Midpoint Place. Penyerapan ruang perkantoran di triwulan ketiga ini mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Total penyerapan selama tahun 2019 menjadi sebesar 174 ribu meter persegi di kawasan CBD. Namun, harga sewa masih mengalami penurunan satu persen untuk bangunan kelas A.

Sektor ritel tetap stabil dengan tingkat okupansi hampir 90 persen dan harga sewa mall kelas menengah ke atas meningkat 1,2 persen. “Pengembang properti yang terkemuka masih aktif mengembangkan konsep retail mixed use yang terhubung dengan perkantoran dan kondominium. Dari sisi tenancy mix secara keseluruhan juga mulai bergeser dari departemen store menjadi mini anchor, ” ujar Cecilia Santoso, Head of Retail JLL Indonesia.

Untuk sektor kondominium, sedikitnya jumlah produk yang diluncurkan membuat tingkat penjualan di wilayah Jakarta rata-rata hanya 64 persen. Aktivitas penjualan kondominium juga belum mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya dan penawaran harga cenderung tidak ada kenaikan. Saat ini kemudahan akses dari dan menuju transportasi publik menjadi salah satu faktor utama yang dipertimbangkan oleh pembeli selain harga.

Beberapa proyek baru seperti Core Cipete dari PT Jakarta Real Property dan Fatmawati One dari PT Armada Jaya Makmur bahkan memiliki akses langsung dengan  stasiun MRT di Cipete, Jakarta Selatan. Fatmawati One terdiri dari 300 unit ditawarkan dengan harga sekitar Rp700 juta sampai Rp 1,5 miliar per unit.

Di wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, penjualan kondominium rata-rata hanya 61 persen, lebih rendah dari Jakarta. Dua kondominium baru yang diluncurkan sepanjang triwulan ini di antaranya Nava Park tower 6 di Tangerang sebanyak 112 unit, dan Transpark Juanda tower Emerald sebanyak 1504 unit di Bekasi.

“Aktivitas yang dilakukan pengembang belum menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini ditandai dengan hanya terdapat satu proyek kondominium yang diluncurkan di triwulan ini,” ungkap Vivin Harsanto, Head of Advisory JLL Indonesia.

Berita Terkait

Ekonomi

Utang Pinjol dan Paylater Warga RI Terus Meningkat Tinggi

Buy now pay later (BNPL) adalah layanan keuangan yang...

Belasan Investor Kazakhstan Lirik IKN

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia...

Program Perumahan Salah Satu yang Diharapkan Buka Lapangan Kerja

Pemerintah terus menjalin kolaborasi dengan pelaku usaha untuk membuat...

Menko Airlangga Minta Pengusaha Tahan PHK dan Buka Program Magang Berbayar untuk Sarjana Baru

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta para pengusaha...

Berita Terkini