HousingEstate, Jakarta - Rumah bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui program KPR fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) di wilayah Jawa Tengah sangat diminati. Konsumennya para pekerja industri di sekitar Semarang khususnya di wilayah barat yang berbatasan dengan Kabupaten Kendal. Lokasi perumahannya antara lain di Kaliungu, Boja, dan Cepiring.
Menurut Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Himpunan Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Jawa Tengah Sugiyatno, tahun 2019 Himperra memiliki anggota sebanyak 260 perusahaan pengembang membangun sebanyak 9.000 unit rumah murah. Jumlahnya belum optimal mengingat tahun lalu pengembang mengalami kendala terkait anggaran dan penyaluran FLPP. Banyak konsumen yang tidak bisa melakukan akad kredit dengan bank. “Tahun ini Himpera Jawa Tengah targetnya membangun 13-15 ribu unit. Bahkan kalau kuota FLPP besar berapa pun bisa kami bangun karena untuk segmen ini pasarnya sangat besar,” ujarnya kepada housingestate.id di Kantor Himperra Semarang, Kamis (12/3).
Di wilayah Jawa Tengah harga rumah FLPP yang dipatok pemerintah sebesar Rp140 juta untuk tipe 30/60 dan tahun ini harganya akan dinaikkan menjadi Rp150 juta. Dari 260 perusahaan pengembang anggota Himperra mereka mengembangkan 330 proyek yang sebagian besarnya merupakan proyek rumah murah.
“Konsumen perumahan FLPP sekitar 60 persen para pekerja di kawasan industri. Saat ini lokasi perumahannya berkembang ke Bawen, Ambarawa hingga Boyolali. Di Semarang sudah tidak memungkinkan dikembangkan rumah murah karena harga lahannya mahal dan minimal luas kaveling 120 m2. Makanya di Semarang rumah paling murah mulai Rp400 jutaan,” ujarnya.