Nydia Hary Mulyanti: Bisnis Properti Bukan Pilihan, Tapi Kewajiban

Gaya bicaranya lugas, bersemangat, dan komunikatif. Intonasinya juga dapat meyakinkan lawan bicaranya. Banyak ide kreatifnya di luar pakem yang dipikirkan banyak orang. Itulah paket lengkap yang melekat pada Nydia Hary Mulyanti, Chief Marketing Officer PT Graha Aquila Propertindo, pengembang Aquila Valley (12 ha) di Ciseeng, Bogor. Gagasan kreatifnya antara lain menggelar event golf dengan hadiah hole in one berupa satu unit rumah, paket bermain golf di Vietnam dan Bangkok, emas 100 gram, dan lucky draw bernilai besar. Banyak yang ragu acara itu akan mendongkrak penjualan. Segmennya dinilai tidak tepat karena rumah yang dijual di Aquila Valley harganya Rp200-300 jutaan.
Nydia membuktikan langkahnya benar. Ia meraih banyak penjualan dari event tersebut. Para pemain golf itu bukan diajak membeli dan tinggal di Aquila Valley melainkan berinvestasi. Banyak di antara mereka yang membeli lebih dari satu unit. “Ada yang membeli lima, 10, bahkan 15 unit. Mereka ringan saja mengeluarkan uang Rp1-2,5 miliar secara tunai,” katanya. Para investor itu tertarik karena harga rumahnya sangat kompetitif, lokasinya 30 menit dari Serpong, dan kualitasnya bagus. Menurut Nydia, produk yang dipasarkan tidak ada kompetitornya. Rumah seharga Rp200 jutaan kualitasnya sama dengan hunian Rp500 jutaan. Ia menyebut dindingnya memakai Hebel, semen mortar, cat Dulux, kusen UPVC, rangka atap baja ringan SNI, saniter Toto, elektrikal Panasonic, kabel listrik Externa, dan pintu dari kayu solid.
Saat pasar lesu penjualannya tetap mengesankan. Sejak dipasarkan setahun lalu, penjualannya mencapai 500 unit. Bahkan, di tengah pandemi Covid 19, konsumen masih ada yang datang ke lokasi. Melihat sepak terjangnya tidak terlihat kalau Nydia merupakan muka baru di industri properti. Padahal, perempuan yang punya seabrek kegiatan ini belum genap setahun terlibat di bisnis properti. Agustus 2019 ia baru menjadi direktur pemasaran PT Graha Aquila Propertindo, perusahaan keluarga yang selama ini dikendalikan orang tuanya. Ia tampil ke depan karena orang tuanya harus istirahat karena usia. “Jadi, terjun di bisnis properti ini bukan pilihan tapi kewajiban yang harus saya jalankan untuk melanjutkan bisnis keluarga. Apalagi, saya anak pertama,” ujarnya.
Sebelumnya pengurus HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) dan aktivis politik ini lebih banyak mengurus bisnisnya sendiri yang bergerak di bidang advertising dan event organizer. Ia terjun dalam bisnis kreatif karena sesuai dengan latar pendidikannya, yaitu public relation dari Interstudi dan sinematografi Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Pengalaman mengelola bisnis kreatif dan entertainment inilah yang menjadi modal kuat Nydia dalam merancang strategi pemasaran proyeknya. Di tengah wabah Covid 19 ia tetap aktif memasarkan proyeknya melalui marketplace dan situs online. Walhasil, saat orang harus melakukan social distancing, aktifitas penjualan terus berjalan. Pada akhir pekan masih ada orang booking dan melakukan akad kredit. Aktifitas founder Aku Ingin Sehat Foundation dan pengurus IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) ini juga tidak berhenti. Ia masih meninjau proyek, memimpin rapat, dan memonitor pemasaran. “Kendati ada wabah virus, proyek harus tetap berjalan, tidak bisa ditinggal begitu saja. Target memang turun tapi harus dipastikan aktifitas pemasaran tetap berlangsung,” jelas perempuan yang tinggal di Tangerang Selatan ini.