Tasya Frederika, Satu Dasawarsa di Marcomm Properti

Saat melakoni masa kuliah dari S1 hingga menyandang gelar master tidak terbersit sedikit pun baginya berkarir di dunia properti. Sektor ini kesannya terlampau maskulin karena identik dengan pengembangan proyek. Ia lebih tertarik dengan bidang komunikasi pemasaran atau marketing communication (marcomm). Itu masih sejalan dengan latar pendidikannya, marketing management tahun 2008 dari Unika Atmajaya Jakarta. Karena itu usai lulus dari bangku kuliah ia memilih bergabung dengan Femina Group. Di grup penerbitan majalah perempuan itu posisinya marketing communication manager yang dilakoninya hampir tiga tahun. Sejak awal 2014 perempuan kelahiran Surabaya itu kecemplung di industri properti.
Itulah Tasya Federika, Marketing Manager Savasa (37 ha), proyek kolaborasi Panasonic Homes dengan Sinar Mas Land (SML), yang berlokasi di Kota Deltamas, Bekasi, Jawa Barat. Sebagai orang marcomm tanggung jawabnya mencakup kegiatan pemasaran dan promosi. Ia merancang strategi pemasaran, menyusun anggaran, mengeksekusi, dan mengevaluasi aktivitas yang dijalankan. “Tugas saya sebagai marcomm adalah membangun brand image yang muaranya mendukung tercapainya target penjualan,” katanya.
Tasya yang bergabung dengan Savasa pada Agustus 2019 langsung dihadapkan pada situasi sulit. Ia menghadapi situasi krisis. Bukan dia saja tapi semua orang yang menggawangi marcomm mengalami tantangan yang sama. Saat pasar properti belum membaik betul, tiba-tiba seluruh dunia usaha dilumpuhkan oleh pandemic Covid 19. Beruntung ada Panasonic dan Sinar Mas Land yang brand-nya kuat sebagai developer di belakang Savasa, sehingga pasar lebih mudah diyakinkan. Pengalamannya menggawangi bidang marcomm di beberapa developer sebelum bergabung dengan Savasa ikut meringankan tugasnya.
Tasya selama enam tahun memegang pos yang sama di tiga proyek perumahan berskala kota: Kota Harapan Indah (KHI) Bekasi, Jakarta Garden City Jakarta, dan Lavon Tangerang. Total jenderal sejak dari Femina Group hingga Savasa perempuan yang tinggal di KHI itu sudah 10 tahun menggeluti dunia marcomm. Karena itu masalah-masalah teknis yang berkaitan dengan pemasaran dikuasainya dengan baik. Misalnya pembuatan brosur, penyiapan materi iklan, pelaksanaan launching, dan pameran.
Bekerja dengan developer asing seperti Panasonic Homes juga bukan hal baru baginya. Di Lavon ia bekerja di perusahaan developer asal Cina, Swan City. Profesionalnya banyak ekspatriat dari Singapura yang rata-rata workaholic. Untuk menyesuaikan dengan kultur kerja itu, Tasya harus kost dekat kantornya di Cikupa, Tangerang, terpisah dengan keluarganya. Kalau harus pergi pulang setiap hari, energinya akan habis di jalan. Saat di JGC ia juga dikomando CEO asal Finlandia. “Bekerja dengan ekspatriat yang karakter dan kulturnya beda, kita harus berpikir dengan cepat, disiplin, tepat waktu, dan sesuai aturan perusahaan,” kata pemegang gelar master bidang hukum bisnis ini.
Menurut Tasya, properti merupakan dunia yang menyenangkan. Bidang ini selalu dinamis, terus berkembang, dan membuat orang yang terlibat di dalamnya selalu berpikir kreatif. Ia bertemu banyak orang mulai dari konsumen, vendor, perbankan, dan kalangan media. Dalam dunia marcomm, katanya, perempuan punya kekuatan yang tidak dimiliki laki-laki. Ia lebih sensitif, teliti, luwes, dan mampu melakukan pendekatan personal.