HousingEstate, Jakarta - Penjualan rumah baru (primer) di megapolitan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek)-Banten anjlok tajam rata-rata 50,1 persen selama triwulan pertama tahun ini. Penurunan tertinggi terjadi di Bekasi (56,0 persen) diikuti Bogor (55,3 persen), Depok (50,9 persen), dan wilayah lain, penurunan terendah di Cilegon (27,2 persen). Jabodetabek dan sebagian kota di Banten itu mencakup lebih dari 50 persen pangsa pasar properti di Indonesia.

 

Bodebek-Banten

Mengutip hasil riset Indonesia Property Watch (IPW) yang diterima housingestate.id di Jakarta akhir pekan ini, penurunan tajam itu terjadi baik dari sisi jumlah unit maupun nilai penjualan dibandingkan triwulan IV 2019. Untuk nilai penjualan misalnya, kalau pada triwulan IV 2019 mencapai Rp1.440.918.534.767, pada triwulan satu 2020 tinggal Rp719.056.090.052.

Survei dilakukan terhadap 95 proyek perumahan di empat wilayah besar: Jakarta, Bekasi, Bogor, dan Depok, serta Banten (mencakup Serang, Cilegon, Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang).

Dari sisi segmen pasar, penurunan paling tajam terjadi pada rumah menengah bawah seharga di bawah Rp300 juta yang umumnya dibeli end user (orang yang membeli rumah untuk dihuni sendir), mencapai 62,5 persen secara triwulanan (qtq) dan 68,8 persen secara tahunan (yoy).

“Kekhawatiran terhadap PHK dan menurunnya penghasilan akibat pandemi Covid-19, membuat pasar di segmen ini diprediksi terus menurun bila kondisi ekonomi tidak segera pulih,” kata Ali Tranghanda, CEO IPW Property Advisory Group.

Sedangkan pasar rumah di atas Rp1 miliaran yang didominasi investor, penurunannya mencapai 46,0 persen (qtq) dan 36,4 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan penurunan penjualan di segmen harga rumah Rp300 jutaan sampai Rp1 miliaran. Meskipun terjadi penurunan, pasar di segmen ini diperkirakan masih memiliki potensi daya beli yang cukup baik. Penurunan penjualan lebih disebabkan oleh faktor psikologis. Situasi yang tidak pasti membuat pasar di segmen ini menahan pembelian.

 

Jakarta

Sementara di Jakarta penjualan rumah primer pada triwulan satu 2020 tercatat Rp83.230.609.980 atau anjlok 33,3 persen secara kwartalan (qtq) dan 24,3 persen secara tahunan (yoy). Jumlah unit yang terjual juga turun cukup dalam sebesar 37,9 persen (qtq) dan 29,4 persen (yoy).

Segmen rumah di atas Rp2 miliar anjlok paling daalam (75 persen), dan pasar rumah seharga Rp 1-2 miliar sekitar 25 persen. “Sangat disayangkan, pasar perumahan yang mulai membaik di akhir 2019 harus kembali terpuruk karena wabah Covid-19. Hampir semua pengembang tidak sempat mengantisipasinya,” kata Ali.

Penurunan penjualan diperkirakan terus berlanjut, bahkan bisa jatuh lebih dalam lagi bila pandemi ini berkepanjangan. Puncak anjloknya pasar perumahan diperkirakan terjadi pada triwulan dua tahun ini. Para pengembang mau tak mau harus melakukan efisiensi dan pengetatan supaya bisa bertahan melalui situasi ini. Selain itu mereka perlu bekerja sama dengan perbankan dan pemerintah meminimalisir dampak wabah terhadap industri secara keseluruhan.