HousingEstate, Jakarta - Umumnya pengembang diperkirakan hanya mampu bertahan hingga tiga bulan menghadapi pandemi Covid-19. Bila penyebaran wabah terus meningkat dan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berlanjut, banyak pengembang akan kolaps atau gulung tikar.
Menurut Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch (IPW), kepada housingestate.id akhir pekan ini, situasi memang bisa mengerikan bila upaya penanggulangan wabah itu berkepanjangan. Dalam situasi seperti itu, baik end user maupun investor akan menahan diri untuk membeli rumah dan fokus bagaimana bisa melalui situasi sebaik mungkin.
Pendapat senada diutarakan Anton Sitorus, Head of Research & Consultancy Savills Indonesia, perusahaan konsultan properti asing di Jakarta. “Rumah memang kebutuhan dasar tapi bukan kebutuhan pokok. Dalam situasi seperti saat ini, semua orang fokus pada kebutuhan pokok. Yang lain diabaikan dulu,” katanya kepada housingestate.id.
Akibatnya, tentu saja penjualan developer anjlok dan pendapatan turun drastis atau bahkan mendekati nol. Apalagi, banyak bank mulai menangguhkan akad KPR. Sementara pelayanan dinas perumahan, kantor pertanahan, notaris, dan lain-lain terhenti karena PSBB. Begitu pula aktivitas pemasaran developer secara offline. Di pihak lain berbagai kewajiban kepada pihak ketiga tetap berjalan seperti bank, kontraktor, pemasok, dan lain sebagainya.
Ali menyatakan, arus kas pengembang menengah hanya mampu mempertahankan operasional perusahaan tanpa pendapatan hingga tiga bulan, sedangkan pengembang kecil lebih singkat lagi. Yang masih cukup kuat cash flow-nya hanya developer besar.
“Karena itu developer perlu berkomunikasi intensif dengan bank, kontraktor, konsumen, pemasok, dan lain-lain untuk meringankan beban cash flow, sehingga semuanya secara bersama-sama bisa meminimalii risiko dan dampak buruk situsi ini terhadap perusahaan dan industri secara keseluruhan,” katanya. Komunikasi serupa perlu dilakukan dengan pemerintah, seperti meminta keringanan dan penangguhan pajak, bea, dan lain-lain.
Anton menambahkan, sebagian besar sektor bisnis di seluruh dunia terdampak oleh pandemi Covid-19, kecuali sektor tertentu seperti makanan, produk dan alat kesehatan, teknologi informsi, dan logistik. Kalaupun pandemi ini berhasil diatasi dalam dua bulan ke depan, tetap memerlukan waktu bagi berbagai sektor bisnis itu untuk kembali pulih. Itu berarti kemerosotan bisnis masih akan berlangsung lebih lama.
Karena itu bagaimana bisa bertahan cukup lama melalui krisis ini harus menjadi fokus semua bisnis termasuk bisnis properti. Pengembang harus melakukan antisipasi dan mempersiapkan diri melalui situasi ini setidaknya dalam tiga bulan ke depan, termasuk dengan merestrukturisasi hutang. Namun, bila ternyata wabah ini masih berkepanjangan, hampir bisa dipastikan akan banyak pengembang yang tumbang.