Rabu, Oktober 22, 2025
HomeBerita PropertiBangunan Hijau dari Perspektif Pandemi

Bangunan Hijau dari Perspektif Pandemi

Pandemi COVID-19 mengajak kita mengulas kembali kebiasaaan-kebiasaan dalam berlaku pada setiap kegiatan, tak terkecuali saat menjalankan aktivitas kerja di kantor. Lalu bagaimana bangunan hijau (green building) bekerja dalam merespon pandemi?
The World Commission on Environmental Development (1987) mendefinisikan Pembangunan Berkelanjutan sebagai pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhaan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhannya.

Bangunan hijau merupakan respon terhadap perubahan iklim yang sejalan dengan pengertian Pembangunan Berkelanjutan. Urgensi green building menjadi sangat nyata manakala disadari berdasarkan global outlook report dari UN Environment yang menyatakan, sektor bangunan merupakan penghasil emisi gas rumah kaca sekitar 39 persen, 25 persen sampah dunia, menyerap 30 persen energi global dan 15 persen air dunia.

Pada awal Juli lalu Klaster Arsitektur dan Sustainabilitas Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) menyelenggarakan webinars BIG! atau Build it Green! Series #01 yang mengusung tema What is Green Building from the Pandemic Perspective?. Diskusi pada webinar kali ini mengarah pada pembelajaran penting apa yang dapat ditarik dari pandemi COVID 19 dan dampak yang ditimbulkannya, serta antisipasi yang lebih serius pada bencana perubahan iklim yang bersifat multibencana dan sesungguhnya sangat terprediksi.

Webinar menghadirkan dua narasumber, yakni Ketua Umum (Chairperson) Green Building Council Indonesia (GBCI) atau Konsil Bangunan Hijau Indonesia yang juga menjadi anggota tetap World GBC Ir. Iwan Prijanto, MM. GP, dan Direktur Sinar Mas Land (SML) Ir. Ignesjz Kemalawarta, MBA.

Sinar Mas Land dihadirkan selaku developer yang sudah memiliki beberapa bangunan tersertifikasi hijau, baik gold maupun platinum. SML berbagi tentang praktik penyesuaian pandemi pada bangunan hijau berstandar platinum di Green Office park 9 (GOP 9) BSD City, Tangerang Selatan (Banten).

Net zero healthy building

Dalam pandangan GBCI, dominasi manusia dan peradabannya disadari sudah menjadi beban bagi keberlanjutan bumi. Ternyata manusia nampak rentan sekali ketika dihadapkan dengan fenomena pandemi global seperti COVID 19. Namun, kondisi pandemi ini juga membuka peluang terciptanya novelty pada paradigma baru perikehidupan umat manusia. Prinsip bangunan hijau dengan penekanan lebih pada kondisi prasyarat kesehatan, berpeluang memberi kesempatan agar manusia tetap dapat berkegiatan dengan relatif lebih aman dan dapat mempertahankan kesehatannya dalam kondisi pandemi dan pasca pandemi.

Berkurangnya kadar polutan dan karbon selama mobilitas dunia “dihentikan”, juga mengajarkan kita bahwa pandemi mampu membuktikan bumi pun bisa membaik saat sebagian besar manusia merumahkan segala aktivitasnya.

Tahun 2019 GBCI merilis rating sistem Greenship NetZero yang kemudian pada saat pandemi sekarang disempurnakan menjadi Greenship NetZero Healthy. Pendekatan Net Zero Healthy Building dibangun atas kesadaran, bahwa penyebaran virus COVID-19 dapat terjadi melalui micro droplet yang berperilaku seperti airborne, sehingga suatu ruangan tanpa sistem ventilasi udara yang baik dapat menimbulkan akumulasi micro droplets yang dapat bertahan dua hingga tiga jam di udara.

Sementara Greenship New Building dan Existing Building memiliki enam parameter penilaian dengan bobot masing-masing. Keenam parameter tersebut adalah Appropriate Site Development (ASD), Energy Efficiency and Conservation (EEC), Water Conservation (WC), Material and Resource Cycle (MRC), Indoor Health and Comfort (IHC) dan Building Environment Management (BEM).

Healthy Building and Comfort

Cohive office GOP 9

Gedung GOP 9 yang dibangun tahun 2017 oleh SML dan berhasil mendapatkan sertifikasi Greenship Platinum, juga harus menjalankan penyesuaian terkait kasus pandemi demi melindungi para penggunanya. Perbaikan terbesar terletak pada sistem pengudaraan yang terdiri atas pemanfaatan udara segar, peningkatan sistem ventilasi dan AC, penerapan teknologi touchless atau tanpa sentuh, dan pengaturan kapasitas jumlah pekerja yang memakai satu ruangan yang sama.

GOP 9 sudah memiliki sistem Heating Ventilation and Air Conditioning (HVAC) sesuai standard The American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers (ASHRAE). Sistem HVAC pada bangunan ini telah teruji mampu menghalau senyawa zat beracun seperti Volatile Organic Compound (VOC) dan Benzoate dari jamur yang berpotensi menyebabkan gangguan pada manusia.

Keunggulan lain pada bangunan ini adalah sudah terdapatnya cross ventilation pada area lobi dan area-area utama lainnya, penghijauan masif pada sisi-sisi selasar yang saling berhubungan serta pelaksanaan green habit di lingkungan kerja. Meskipun sistem pengudaraan GOP 9 sudah memenuhi standar yang wajib terpenuhi sejak awal, pandemi tahun 2020 memaksa manajemen GOP 9 untuk meninjau ulang dan meningkatkan sistem pengudaraan pada bangunan.

Beberapa tindakan yang dilakukan adalah evaluasi filter pada AC serta pembersihan berkala, pemanfaatan intake udara alami 100 persen, pemeliharaan kelembaban antara 35-60%, penyemprotan disinfectant secara reguler pada saat ruangan kosong, pengurangan kapasitas pengguna ruang hingga 50 persen dengan menerapkan shift pekerja yang work from home (WfH) dan work from office (WfO), pengaturan posisi pengguna dalam lift, menghindari paparan AC secara terus menerus (harus diselingi dengan udara alami), mengupayakan material nano-coating dan penggunaan teknologi touchless.

Terkait parameter Greenship, SML menyarankan adanya perubahan judul dari Indoor Health Comfort (IHC) menjadi Healthy Building Comfort (HBC). Hal ini dikarenakan adanya penekanan pada aspek kesehatan yang harus dimiliki bangunan secara keseluruhan, dimana kesehatan pengguna bangunan terkait pandemi juga termasuk di dalamnya. SML juga menyoroti tantangan industri AC terkait pengaplikasian filter yang lebih sensitif terhadap virus dengan menggunakan filter yang baik disertai pembersihan rutin, namun tetap mampu menjadi solusi peningkatan efisiensi energi.

Selain itu usulan kombinasi panel surya pada sistem AC juga menjadi tantangan pengurangan pemakaian energi. Meskipun shifting antara WfO dan WfH diberlakukan, pendinginan dan pencahayaan di ruangan tetap dilakukan seperti biasa dengan sedikit penggunaan energi karena beban orang berkurang. Contohnya pada lampu-lampu meja yang penggunanya sedang menjalankan WfH.

Pembelajaran bangunan hijau dari perspektif pandemi

Terkait makna bangunan hijau, pandemi COVID-19 telah mengajarkan kita betapa berharganya ventilasi alami serta vegetasi-vegetasi penghasil oksigen yang mampu menyerap polutan. Pola gedung dengan kaca mati perlu dihindari agar selalu memungkinkan pertukaran dan aliran udara yang melarutkan virus. Pandemi juga membuka wawasan akan nilai prestige ruang-ruang luar yang juga berfungsi sebagai pemasok udara segar.

Tentunya peran arsitek sangat penting untuk menciptakan suasana kerja yang tetap aman dan nyaman di masa pandemi. Di akhir diskusi kedua pembicara mengajak kita untuk hidup lebih harmonis dengan alam. Hal ini sesuai dengan pepatah Kepala Suku Indian Seattle, bahwa sesungguhnya kita tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang, melainkan meminjamnya dari anak cucu kita.

Dr. Ing. Ova Candra Dewi, ST, M.Sc., Koordinator Klaster Arsitektur dan Sustainabilitas Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Oleh:
Dr. Ing. Ova Candra Dewi, ST, M.Sc., Koordinator Klaster Arsitektur dan Sustainabilitas Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia
Foto : Dok. Sinar Mas Land

Berita Terkait

Ekonomi

Berita Terkini