HousingEstate, Jakarta - Pandemi telah menjungkir-balikkan prediksi para pebisnis kos-kosan yang menjamur di sekeliling kampus-kampus perguruan tinggi. Setelah setahun lebih para mahasiswa belajar daring dari rumahnya masing-masing, kamar-kamar kos jadi kosong. Memang masih ada sebagian mahasiswa yang ‘pulang kampung’ tetap kontrak dengan membayar sewa separuh harga, tapi sebagian besar mahasiswa tidak memperpanjang sewa kamarnya.
Bisnis rumah kos yang semula diproyeksikan bisa mencapai titik impas atau break even point (BEP) 7-8 tahun kini pencapaiannya akan lebih lama tergantung kapan pemerintah membolehkan kembali proses belajar-mengajar tatap muka. Bagi investor yang dulu bangunnya pakai modal sendiri memiliki ‘nafas’ panjang untuk bertahan, tapi bagi investor yang memakai pinjaman bank menghadapi persoalan. Begitu pemasukan dari hasil sewa terganggu akan memengaruhi kemapuannya mencicil kreditnya ke bank. Salah satu solusinya dijual. Tapi persoalannya, siapa yang mau beli rumah kos di saat kondisi tidak berpenyewa. “Pembelinya tetap ada, namun hanya orang-orang tertentu saja yang mau,” kata Sari, seorang agen property yang beroperasi di Bintaro Jaya, Pondok Aren (Tangsel-Banten) dan sekitarnya.
Menurut broker yang juga mantan wartawan itu, pembelinya bukan masuk kategori investor tapi lebih tepat disebut kolektor. Mereka membeli property bukan semata-mata investasi tapi sebagai salah satu cara dia menyimpan uangnya. “Mereka ini orang-orang yang punya uang banyak. Kalau ada property yang dijual dengan harga bagus dan ia suka, akan membelinya,” katanya.
Ia memberikan contoh rumah kos di bilangan Jurangmangu, Pondok Aren, di belakang Kampus Sekolah Tinggi Akuntasi Negara (STAN) yang pintu gerbangnya di Jl Bintaro Utama Raya, Bintaro Jaya, Tangsel. Rumah kos 18 kamar seluruhnya fully furnishe dilengkapi AC dan kamar mandi dalam terjual Rp1,5 miliar. Padahal di saat sebelum pandemic harga pasarannya Rp2-2,2 miliar. Dalam kondisi normal, tarif sewa kamar per bulan Rp1,6 juta dan dibayar penuh satu tahun di depan.
Ia juga lagi memasarkan beberapa rumah kos lainnya. Yang terbesar rumah kos 30 kamar di sekitar kampus STAN dengan kondisi kurang lebih sama seperti di atas dengan harga penawaran Rp3 miliaran. “Sekarang banyak yang jual rumah kos. Tidak hanya di sekitar STAN, di sekitar kamus Universitas Islam Negeri (UIN) Ciputat (Tangsel), dan kampus Universitas Indonesia (UI) Depok juga banyak,” katanya.