Saat Listrik Padam Rumah Tetap Nyaman

Rumah-rumah di iklim tropis seperti Indonesia wajib memiliki banyak bukaan yang cukup. Tujuannya supaya sirkulasi udaranya lancar, suhu ruangnya lebih adem dan tidak pengap, lembab, dan mudah berjamur, dan pada siang hari tidak perlu penerangan listrik.
Bukaan itu bisa berupa jendela dan pintu, lubang-lubang ventilasi, void, dan lain-lain. Bukaan dibuat di titik yang saling berlawanan (cross ventilation atau ventilasi silang) sehingga menghasilkan pertukaran udara terus menerus di dalam rumah.
Pada rumah tunggal, pertukaran udara itu bisa maksimal karena udara mengalir dari semua sisi bangunan. Sedangkan pada rumah deret, pertukaran udara hanya terjadi di antara sisi depan dan belakang rumah, atau dari bagian bawah ke atas dan sebaliknya.
Pertukaran udara itu akan membuat rumah makin nyaman bila lingkungannya dilengkapi banyak vegetasi yang menghasilkan oksigen, sekaligus bemper bangunan dari terpaan langsung panas dan hujan.
Di kota-kota besar pertukaran udara yang kontinyu dan kecukupan vegetasi itu makin penting, karena hampir semua bangunan rumahnya terbuat dari beton. Pada siang hari beton menyerap panas yang dilepaskan pada malam hari, yang membuat udara di dalam rumah jadi panas.
Karena itu, kata arsitek Vincentius Hadi Sutjiadi, principal Hadivincent Architect, dalam sebuah wawancara dengan housingestate.id, rumah-rumah di kota-kota besar sulit didesain tanpa AC. Karena menggunakan AC, rumah-rumah itu pun tidak dilengkapi lubang-lubang angin.
Kontradiksi
Bagaimana kalau pada malam hari listrik padam, AC dan kipas angin tidak bisa dipakai, bukankah penghuninya jadi kegerahan dan tidak bisa beristirahat? Sementara membuka jendela dan pintu jelas bukan solusi, karena pertimbangan keamanan dan masuknya nyamuk atau serangga lain ke dalam rumah.
Rumah yang dilengkapi banyak lubang ventilasi di sisi semua pintu dan jendelanya, mestinya bisa jadi solusi jika listrik padam. Saat listrik padam pada malam hari, kita tetap bisa istirahat di kamar dengan nyaman karena sirkulasi udara di ruangan tetap bagus. Supaya ruang tidak dimasuki nyamuk, kita bisa menambahkan kasa nyamuk untuk menutupi lubang-lubang angin itu.
Namun, hunian yang dilengkapi AC sekaligus banyak lubang angin adalah kontradiksi. Pasalnya, lubang ventilasi akan membuat penggunaan AC menjadi sia-sia. Jadi, bagaimana baiknya? Arsitek Wahyu Achadi dari HomeWorks (Jakarta), menyatakan, idealnya rumah dilengkapi sumber listrik mandiri seperti panel surya (solar cell). Jadi, saat listrik PLN padam, AC atau kipas angin tetap bisa berfungsi dengan daya dari solar cell. Atau bisa juga menyediakan kipas angin dan AC portabel dengan daya baterai.
Bukaan itu wajib
Namun, ia menyatakan, prinsip desain rumah di iklim tropis adalah menepis efek rumah kaca. Cahaya matahari yang memapar dinding, lantai, kaca, semuanya menyerap dan memantulkan panas. Karena itu ruang-ruang di rumah tidak boleh tertutup, harus didesain yang memungkinkannya melepas panas dan banyak menerima oksigen. “Jadi, bukaan itu wajib, dan dibikin bisa dibuka-tutup. Pada rumah mungil bisa disiasati dengan mendesain ventilasi di bagian plafon di struktur kuda-kudanya,” jelasnya.
Bentuk bukaan itu, ya lubang-lubang angin. Kalau tidak mungkin di atas atau di samping pintu/jendela, lubang ventilasinya bisa dibuat di bagian bawah. Jendelanya juga jangan menggunakan kaca mati, tapi tetap bisa dibuka-tutup. Ini sangat sering diabaikan pada rumah-rumah di kota besar, karena semua rumahnya menggunakan AC.
Kalau memungkinkan, bukaannya dibuat mengarah ke utara dan selatan sehingga tidak langsung terpapar sinar matahari. Atau boleh juga sisi timur bangunan untuk meletakkan kamar tidur, bagian barat untuk area servis seperti garasi, pantry, ruang cuci-jemur, kamar mandi, gudang, dan koridor seperti ruang tangga. Jadi, ruang-ruang yang disebut terakhir tidak lembab dan selalu kering.
Void pelepas panas
Solusi lain memastikan udara di rumah tetap bersirkulasi, dengan membuat void di bagian patio (taman di tengah rumah) sebagai saluran pembuang udara panas. “Dalam fisika bangunan, udara panas akan naik ke atas,” tukas Wahyu. Supaya udara makin leluasa bersirkulasi di ruangan, plafon rumah bisa dibuat tinggi. Di plafon bisa juga dibuatkan ventilasi dengan sistem seperti grill, kemudian dipasangi kasa nyamuk di bagian luarnya.
Secondary skin dan pintu dobel
Roster dan material lain bisa dipakai sebagai secondary skin (pelapis kedua dinding rumah), agar rumah tidak terpapar matahari langsung dan udara di dalamnya tetap bersirkulasi. Biaya memang bertambah, tapi secara keseluruhan justru lebih efisien.
Kiat lain dengan membuat pintu dobel. Saat listrik padam dan AC mati, pintu pertama bisa dibuka menyisakan pintu yang daunnya ditutupi kasa nyamuk misalnya. Sementara pintu di area servis bisa dibikin seperti kerangkeng. Untuk menepis gangguan serangga atau tikus, bagian bawahnya bisa ditutup menggunakan akrilik.
Lubang angin buka-tutup
Arsitek Sigit Kusumawijaya yang juga penggiat green design dan urban farming berpendapat, ruangan yang dilengkapi AC tidak bisa dilengkapi lubang angin, karena akan membuat pendinginan ruangan tidak efektif. Untuk mengatasi masalah AC tak berfungsi saat listrik mati, ia menyarankan menerapkan lubang ventilasi yang bisa dibuka tutup di atas jendela. “Jadi, lubang ventilasi ditutup saat AC menyala, dan dibuka saat tidak pakai AC. Supaya ruang tidak dimasuki serangga, lubang ventilasinya bisa dipasangi kasa nyamuk,” terangnya.