Sabtu, September 6, 2025
HomeNewsBerita UmumRumah Kayu Lebih Ramah Lingkungan Dibanding Rumah Beton

Rumah Kayu Lebih Ramah Lingkungan Dibanding Rumah Beton

Material berbasis bio atau bio-based material seperti kayu dan bambu, memiliki emisi karbon terendah dibanding material lain berbasis geo atau geo-based material seperti batu, pasir, bata, semen, dan logam yang berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca (CO2). Geo-based material itu saat ini paling umum dipakai saat ini untuk bangunan rumah dan dan gedung.

Hal itu dikatakan Direktur Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Iwan Suprijanto, saat membuka seminar “Pemanfaatan Material Kayu dan Bambu Rekayasa untuk Bangunan Gedung dan Hunian” di Jakarta, akhir pekan lalu, seperti dikutip keterangan tertulis Bagian Hukum dan Humas Ditjen Perumahan Kementerian PUPR.

Karena kelebihannya itu, lanjut Iwan, kayu dan bambu sangat berpotensi menjadi substitusi beton dan baja baik untuk struktur maupun non struktur pada bangunan rumah dan gedung, menyusul makin menguatnya isu lingkungan saat ini. Jadi, peluang Indonesia memanfaatkan material kayu dan bambu rekayasa untuk bangunan gedung dan hunian sangat terbuka. “Tantangannya bagaimana membangun gedung high rise dari kayu dan bambu,” ujarnya.

Baca juga: Urban Forum: Proyek Real Estate Mau Tak Mau Harus Ramah Lingkungan

Iwan menyebutkan, Kementerian PUPR selama ini juga telah melakukan riset terkait pemanfaatan kayu dan bambu untuk pembangunan infrastruktur. Ke depan tidak tertutup kemungkinan dengan makin berkembangnya teknologi dan standarisasi, kedua material tersebut juga bisa dimanfaatkan dalam pembangunan hunian dan gedung. Untuk bisa sampai ke situ, ia berpendapat ada tiga tahapan penting yang perlu diperhatikan.

Pertama, budi daya bambu dan kayunya guna menjamin ketersediaan bahan baku. Kedua, pemanfaatan teknologi agar material kayu dan bambu rekayasa bisa dijadikan balok, kolom, parket lantai, peralatan rumah tangga, sepeda, meja dan kursi, serta pengembangan teknologi perekatan dan perlindungan terhadap rayap, pengawetan dan proteksi dari bencana kebakaran. Ketiga, mewujudkan potensi bambu dan kayu dikolaborasikan dengan teknologi modular volumetrik.

Baca juga: Pembangunan IKN Gunakan Teknologi Mobox Adhi Karya

Iwan menyatakan, akan berkoordinasi dengan OIKN (Otoritas Ibu Kota Nusantara) untuk menggunakan material kayu dan bambu rekayasa pada bangunan dan gedung di IKN. Paling tidak untuk bagian interior wall panel, parket lantai, ceiling, meubelair dan peralatan makan.

Ketua panitia penyelenggara seminar yang juga Kepala Sub Direktorat Kemitraan dan Kelembagaan, Direktorat Sistem dan Strategi Penyelenggara Perumahan Yudha Rommel Sibero menyatakan, tujuan seminar mengenalkan dan menyebarkan informasi mengenai teknologi dan industri konstruksi dengan bahan kayu dan bambu rekayasa. “Selain itu juga untuk membentuk komunitas yang aktif dalam pemanfaatan kayu dan bambu untuk pembangunan rumah dan gedung, dengan harapan pemanfaatan kedua material itu makin meluas di Indonesia,” katanya.

Peserta seminar terdiri dari pejabat dan pelaksana teknis dari Ditjen Perumahan, Ditjen Cipta Karya, Ditjen Bina Konstruksi, pengurus asosiasi, perwakilan perusahaan produsen kayu dan bambu, NGO, peneliti, akademisi, dan praktisi di bidang kayu dan bambu. Dalam seminar itu diadakan juga eksibisi mengenai produk kayu dan bambu rekayasa oleh produsen kayu dan bambu rekayasa serta lembaga riset dan pemerhati hutan.

 

Berita Terkait

Ekonomi

Belasan Investor Kazakhstan Lirik IKN

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia...

Program Perumahan Salah Satu yang Diharapkan Buka Lapangan Kerja

Pemerintah terus menjalin kolaborasi dengan pelaku usaha untuk membuat...

Menko Airlangga Minta Pengusaha Tahan PHK dan Buka Program Magang Berbayar untuk Sarjana Baru

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta para pengusaha...

Berita Terkini